Los Angeles, EKOIN.CO – Film superhero terbaru Superman (2025) garapan sutradara James Gunn menghadapi kontroversi tajam sejak trailer dan bocoran alur ceritanya tersebar di berbagai platform digital. Kritikan datang dari kelompok pendukung Israel dan komunitas pro Zionis yang menilai bahwa narasi film tersebut secara implisit menyudutkan Israel serta menyamakan mereka dengan pelaku penindasan terhadap Palestina.
Film ini menceritakan tentang Superman yang berusaha menggagalkan invasi negara fiktif Boravia ke wilayah miskin bernama Jarhanpur. Boravia digambarkan sebagai negara maju, termiliterisasi, dan sekutu dekat Amerika Serikat, sedangkan Jarhanpur digambarkan sebagai daerah miskin dengan penduduk non-kulit putih. Meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit nama Israel maupun Palestina, sejumlah kalangan menilai film ini sarat dengan simbolisme konflik nyata di Timur Tengah, terutama di Jalur Gaza.
Narasi tersebut dinilai terlalu dekat dengan situasi geopolitik sebenarnya, membuat banyak pihak dari komunitas Yahudi dan pro Israel merasa tersinggung. Komunitas di Reddit r/ Jewish menyatakan bahwa film ini terlihat seperti alat propaganda yang berpihak pada Palestina. “Penggambaran film itu tentang negara kuat, berkulit putih, dan termiliterisasi yang menyerang negara lebih lemah, non-kulit putih, selaras dengan narasi anti-Israel. Meskipun tidak ada referensi eksplisit ke Israel atau Palestina,” tulis mereka, dikutip dari laman Roya News pada Senin (21/7/2025).
Seruan boikot terhadap Superman (2025) pun semakin menguat di media sosial. Di platform X, banyak warganet menyuarakan kekesalannya terhadap James Gunn dan pihak studio yang dianggap membawa isu politik global ke dalam film hiburan. “Perlu ya bawa-bawa politik ke Superman, menyinggung konflik Israel-Palestina dan memojokkan Israel? Boikot film ini,” cuit akun @Bipul**.
Nada serupa juga muncul dari akun lain yang menyebutkan, “Kalau mau nonton propaganda pro Hamas, lebih baik nonton Al Jazeera,” mempertegas pandangan bahwa film ini dianggap menyampaikan pesan politik yang pro Palestina secara terselubung.
Reaksi Terbagi di Media Sosial
Namun tidak semua pengguna media sosial menanggapi film ini dengan nada negatif. Banyak juga yang justru mendukung penggambaran Superman sebagai pahlawan yang berpihak kepada kebenaran dan menolak genosida. Tagar seperti #SupermanForJustice dan #NoToGenocide sempat menjadi trending sebagai bentuk dukungan terhadap narasi film.
Beberapa warganet bahkan mempertanyakan mengapa pihak pro Israel begitu reaktif terhadap cerita fiksi yang, menurut mereka, tidak menyebutkan pihak mana pun secara eksplisit. “Superman anti-genosida > orang Israel boikot. Kalau memang merasa tersindir, apakah itu artinya mereka merasa bersalah?,” tulis akun @Donya yang mendapatkan ribuan likes dan retweet.
Kontroversi ini memperlihatkan bagaimana cerita fiksi pun bisa menjadi pemantik diskusi yang sangat politis. Isu Palestina dan Israel memang menjadi sangat sensitif di berbagai belahan dunia, dan tampaknya film ini menjadi bahan baru dalam memperkuat narasi serta sudut pandang yang beragam mengenai konflik tersebut.
Tidak sedikit yang menilai bahwa perdebatan ini membuktikan betapa kuatnya daya pengaruh medium film dalam menyuarakan pesan moral maupun kritik sosial. Baik disadari maupun tidak, banyak penonton merasa bahwa Superman (2025) menyorot sisi kemanusiaan yang selama ini dianggap tabu untuk diangkat di film-film besar Hollywood.
Sutradara Belum Memberi Tanggapan
Hingga berita ini diturunkan, pihak James Gunn maupun rumah produksi belum memberikan pernyataan resmi terkait protes dan seruan boikot tersebut. Sejumlah media telah menghubungi Warner Bros. Pictures untuk meminta klarifikasi, namun belum ada tanggapan yang diberikan kepada publik.
James Gunn sebelumnya dikenal dengan pendekatan sinematik yang kerap menyisipkan isu sosial dan kemanusiaan dalam film-filmnya. Ia juga dikenal tidak segan mengambil risiko dalam narasi film yang digarapnya, termasuk saat menangani Guardians of the Galaxy dan The Suicide Squad.
Dengan situasi ini, para analis film memperkirakan Superman (2025) akan menjadi film superhero yang paling politis dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa pihak melihatnya sebagai keberanian dalam menyampaikan pesan, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan yang terlalu provokatif.
Sementara itu, para pendukung Palestina menanggapi film ini sebagai bentuk dukungan simbolik terhadap perjuangan yang selama ini mereka alami. Mereka memuji representasi yang mengangkat realitas penindasan, meski dibalut dalam bentuk fiksi dan metafora.
Sebaliknya, pihak pro Israel menyebut bahwa Hollywood kini semakin terbuka terhadap narasi yang menyudutkan Israel. Mereka menuntut adanya sensor dan klarifikasi dalam bentuk pernyataan resmi dari rumah produksi.
Isu ini tidak hanya terbatas pada kalangan politik dan aktivis, tetapi juga memicu perdebatan di kalangan penggemar film. Beberapa forum diskusi film seperti Rotten Tomatoes dan IMDB dibanjiri komentar yang memperdebatkan motif dari cerita Superman (2025).
Dengan adanya respons emosional dari kedua kubu, potensi dampak dari film ini terhadap citra internasional Israel dan Palestina tampaknya tidak bisa diremehkan. Film ini bahkan berpotensi menambah daftar panjang karya-karya budaya populer yang terlibat dalam perdebatan geopolitik.
Di tengah ketegangan global, para kritikus film mengingatkan bahwa karya fiksi memang tidak bisa lepas dari konteks sosial dan politik yang melatarbelakanginya. Dalam kasus ini, Superman (2025) telah menjadi lebih dari sekadar film pahlawan super.
Para pegiat kebebasan berekspresi menyayangkan adanya seruan boikot hanya karena perbedaan tafsir terhadap karya fiksi. Menurut mereka, interpretasi tidak bisa dijadikan dasar pembungkaman atau intimidasi terhadap sineas.
Polemik yang berkembang ini sekaligus mencerminkan betapa kuatnya sensitivitas identitas dalam konsumsi budaya populer, di mana setiap narasi dapat dengan cepat dikaitkan dengan konflik yang lebih besar.
Film Superman (2025) dijadwalkan rilis pada akhir tahun 2025 dan kini semakin mendapat sorotan, tidak hanya dari penggemar film, tetapi juga dari komunitas internasional yang mengikuti isu Palestina dan Israel secara intens.
Melihat perkembangan yang ada, sangat mungkin bahwa film ini akan dijadikan bahan diskusi di berbagai forum, termasuk dalam kajian politik budaya dan perfilman global.
Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, kekuatan simbol dan alur cerita dalam Superman (2025) membuka ruang tafsir yang luas, yang kemudian diterjemahkan secara emosional oleh berbagai kelompok.
Sebagai penutup, penting bagi publik untuk tidak langsung menghakimi karya berdasarkan interpretasi yang berkembang, melainkan melihat secara utuh isi dan pesan yang disampaikan.
Penting pula bagi sineas untuk tetap menjaga kebebasan berkarya tanpa tekanan politik. Namun di sisi lain, kepekaan terhadap isu internasional juga harus diperhitungkan agar karya tidak hanya provokatif tetapi juga reflektif.
Dalam hal ini, Superman (2025) menunjukkan bahwa sinema tidak hanya hiburan tetapi juga media penyampai pesan yang mampu memicu dialog lintas ideologi. Dialog semacam ini, apabila dilakukan dengan bijak, justru bisa membuka pemahaman yang lebih dalam tentang konflik global.
Kepada para penonton, disarankan untuk menyaksikan film ini terlebih dahulu sebelum menyimpulkan maksudnya. Karena pemahaman yang bersifat sepihak dan terburu-buru hanya akan menambah bias dalam melihat karya seni.
film ini telah berhasil menggugah kesadaran akan isu kemanusiaan, sekaligus memantik diskusi tentang posisi budaya populer dalam medan konflik. Jika ditangani dengan bijak, Superman (2025) dapat menjadi pintu pembuka untuk diskusi yang lebih produktif dalam menanggapi penderitaan rakyat sipil di zona konflik. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v