Jakarta, EKOIN.CO – Kebutuhan alat kesehatan (alkes) di Indonesia dilaporkan tinggi, sementara ketersediaan di dalam negeri belum memadai. Disebutkan, produk alkes di Indonesia masih didominasi produk impor, sampai 70%-nya.
Salah satu alkes yang masih minim ketersediaannya di dalam negeri adalah mesin anestesi.
“Total ketersediaan mesin anastesi di 3.390 rumah sakit adalah sebanyak 3.032 rumah sakit. Jadi masih ada sekitar 10% rumah sakit yang belum tersedia mesin anestesi. Nah ini mungkin juga merupakan satu tantangan yang harus kita selesaikan bersama-sama,” kata Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalusia saat peluncuran ventilator dan mesin anestesi di Graha Teknomedika, Depok, Senin (8/9/2025).
Tak hanya itu, lanjut dia, dari ketentuan standar WHO untuk kebutuhan ventilator untuk setiap 10 tempat tidur ICU juga masih jadi PR pemerintah yang harus dipenuhi.
“Dan kalau kita melihat ventilator ini merupakan salah satu alat dari 10 terbanyak by volume, by value yang kita petakan. Jadi kita gak mungkin mengejar semuanya. Jadi Kementerian Kesehatan telah memetakan dan ventilator ini merupakan 10 alat kesehatan prioritas,” sebut Lucia.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, pabrikan lokal GTM menambah investasi sebesar Rp 10 miliar untuk pengembangan pabrik hingga penambahan puluhan tenaga kerja, terdiri dari operator, engineer, peneliti, hingga tenaga ahli. Targetnya, kapasitas produksi mencapai 500-1.000 unit per tahun, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga untuk pasar ekspor.
“Jadi investasinya itu, bukan hanya investasi finansial. Karena kita tentu untuk menyiapkan produksi harus ada investasi di SDM juga. Kalau finansialnya sendiri, pasti investasi fasilitas, terus investasi peralatan produksi, peralatan uji, karena itu sangat penting, terutama karena produk alat kesehatan kan berkaitan dengan life support ya,” kata Direktur Marketing dan Keuangan PT Graha Teknomedika, Febie Yuriza Poetri.