Jakarta, EKOIN.CO – Indonesia mencatat sejarah baru dalam sektor pertanian dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang mencapai 4 juta ton. Angka ini menjadi capaian tertinggi sepanjang sejarah dan mencerminkan keberhasilan strategi nasional menuju kedaulatan pangan.
Capaian tersebut disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam pertemuan resmi di Jakarta pada Jumat, 14 Juni 2025. Menurut Amran, lonjakan stok beras ini merupakan bukti nyata ketahanan pangan nasional yang kuat.
Dalam pernyataannya, Amran menegaskan bahwa posisi Indonesia tidak lagi sebatas swasembada. “Kita tidak lagi hanya bicara swasembada, tapi sudah bicara kedaulatan. Dengan angka serapan seperti ini, Indonesia secara tidak langsung siap mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan dunia,” ujarnya.
Amran juga menyebut bahwa kondisi global saat ini menunjukkan banyak negara menghadapi tekanan pangan. Di sisi lain, Indonesia justru berhasil mencatat peningkatan signifikan dalam produksi dan stok beras.
Ia menambahkan bahwa pencapaian ini adalah hasil kerja bersama antara petani, pemerintah daerah, dan dukungan penuh dari kebijakan pusat yang berpihak pada produksi pangan nasional.
Dampak pada Diplomasi Pangan
Apresiasi atas pencapaian ini datang dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, Denny Abdi. Ia menyampaikan kebanggaannya dalam pertemuan dengan Menteri Pertanian di Jakarta, yang juga membahas arah kebijakan pangan ke depan.
“Tahun lalu saya pertama dikunjungi Bapak Menteri Pertanian di Vietnam, sempat membicarakan rencana impor beras. Tapi tahun ini saya sangat surprise, beliau mengatakan kita sudah surplus beras sampai 4 juta ton, bahkan terbesar dalam sejarah Indonesia dalam waktu sangat singkat. Kami di luar negeri yang tadinya membantu pengadaan impor, sekarang justru mulai melirik pasar ekspor. Ini sangat membanggakan,” ujar Denny Abdi.
Menurut Denny, surplus beras ini bukan hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga berdampak pada arah diplomasi luar negeri Indonesia. Ia menyebut bahwa diplomasi pangan kini mulai bergerak dari posisi pembeli menjadi penyedia.
Ia juga menilai bahwa meskipun perusahaan Vietnam mungkin akan kehilangan sebagian pasar, hubungan bilateral tetap kuat dan akan terus terbuka untuk kerja sama strategis lainnya, khususnya dalam hal ketahanan pangan global.
“Bahwa Indonesia sekarang mulai swasembada, tentu beberapa perusahaan Vietnam akan kehilangan pasar. Tapi ini bukan masalah besar, karena kebutuhan pangan dunia masih tinggi. Negara agraris seperti Indonesia dan Vietnam justru punya tanggung jawab moral untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan global,” lanjutnya.
Dorongan Industrialisasi Komoditas Strategis
Dalam diskusi tersebut, Denny juga menyoroti perlunya peningkatan produksi komoditas strategis lainnya, terutama susu segar. Saat ini, sekitar 80 persen kebutuhan susu nasional masih diimpor dari luar negeri.
Pemerintah, menurut Denny, tengah mendorong masuknya investasi besar untuk membangun industri susu nasional. Kementerian Pertanian juga dikatakan akan memfasilitasi kebutuhan lahan dan regulasi untuk mendukung produksi dalam negeri.
“Susu sangat penting bagi anak-anak usia 2–12 tahun. Ini terkait program makanan bergizi dari Bapak Presiden. Kita ingin agar produksi susu bisa dilakukan di dalam negeri agar tidak terus-menerus menguras devisa. Kami akan dorong investor untuk masuk dan membangun sistem produksi jangka panjang,” jelasnya.
Denny juga menegaskan bahwa pihaknya bersama Kementerian Luar Negeri siap mendukung hilirisasi dan industrialisasi sektor pertanian agar produk dalam negeri memiliki nilai tambah tinggi.
“Jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, maka kita harus bergerak ke industri pengolahan. Hilirisasi pertanian adalah langkah lanjutan agar kita tak hanya menjual bahan mentah, tapi juga menciptakan nilai tambah bagi petani dan bangsa,” pungkasnya.
Pengakuan Internasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Prestasi sektor pertanian Indonesia juga mendapat pengakuan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Dalam laporan terbarunya, USDA memperkirakan produksi beras Indonesia pada musim tanam 2024/2025 mencapai 34,6 juta ton.
Angka ini menjadi yang tertinggi di kawasan ASEAN, melampaui Thailand dan Vietnam, serta melampaui target produksi pemerintah sebesar 32 juta ton.
Menteri Pertanian Amran menyatakan bahwa lonjakan produksi beras tersebut memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian menyumbang 10,52 persen terhadap PDB pada triwulan I 2025 secara year on year.
Ia menegaskan bahwa pencapaian ini adalah bukti bahwa kebijakan pemerintah dalam mendukung produksi pertanian nasional berjalan efektif. Amran menyampaikan keyakinannya bahwa dengan hasil ini, Indonesia mampu mewujudkan swasembada dan kedaulatan pangan.
Dengan lonjakan produksi dan cadangan yang ada, Indonesia kini lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan pangan global, sekaligus memperkuat posisi sebagai negara agraris yang tangguh dan mandiri.
Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam sektor pertanian dengan berhasil mencatat stok cadangan beras tertinggi dalam sejarah. Keberhasilan ini tidak hanya mencerminkan kekuatan produksi dalam negeri, tetapi juga membuka peluang strategis di ranah diplomasi dan perdagangan global.
Langkah-langkah strategis yang ditempuh pemerintah, termasuk dorongan hilirisasi dan penguatan komoditas strategis seperti susu, menjadi bagian dari transformasi menyeluruh menuju kemandirian pangan. Peran aktif Indonesia dalam isu ketahanan pangan dunia kini mulai terbentuk.
Dengan kolaborasi lintas sektor dan dukungan kebijakan yang berpihak pada petani, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan nasional, tetapi juga menjadi penentu dalam sistem pangan global.(*)