Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Sugiono, menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN–Gulf Cooperation Council (GCC) yang berlangsung pada 25 Mei 2025 di Kuala Lumpur Convention Center, Malaysia. Agenda ini dilaksanakan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-46.
Pertemuan dipimpin secara bersama oleh Filipina sebagai Koordinator ASEAN untuk GCC dan Kuwait sebagai Ketua Dewan Menteri Luar Negeri GCC. Forum ini menjadi langkah lanjutan menuju KTT ke-2 ASEAN-GCC yang dijadwalkan pada 27 Mei 2025 di kota yang sama.
Dalam pernyataannya, Menlu Sugiono menegaskan bahwa kerja sama antara ASEAN dan GCC menjadi krusial di tengah tantangan global. Ia menyebut kedua kawasan sebagai “dua wilayah paling dinamis di Indo-Pasifik yang memiliki potensi sinergi besar.”
“ASEAN dan GCC adalah dua kawasan paling dinamis di Indo-Pasifik. Saatnya kita bergerak menuju kerja sama konkret,” ungkap Menlu Sugiono dalam pidatonya.
Ia juga menyatakan bahwa kerja sama ASEAN–GCC harus terarah pada pelaksanaan nyata dari Framework of Cooperation 2024–2028, khususnya lewat platform seperti ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) dan ASEAN Indo-Pacific Business Network.
Fokus pada Sektor Energi dan Inovasi
Menlu Sugiono menyampaikan bahwa potensi ekonomi kedua kawasan saling melengkapi, terutama pada sektor energi, pangan, investasi, dan inovasi teknologi. Energi dari negara-negara Teluk, menurutnya, menopang pertumbuhan industri di kawasan ASEAN.
Sebaliknya, ASEAN memiliki kekuatan ekspor pangan yang mendukung ketahanan pangan negara-negara Teluk. “Kita harus dorong proses studi kelayakan FTA ASEAN–GCC sebagai katalis integrasi ekonomi lebih erat,” ujarnya.
Pembentukan kerja sama jangka panjang di sektor strategis ini diharapkan mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi kedua belah pihak. Pertemuan ini juga menjadi landasan dalam menyusun kebijakan ekonomi kawasan untuk tahun-tahun mendatang.
Selain kerja sama ekonomi, pembahasan juga mencakup penguatan kerja sama ketenagakerjaan, khususnya perlindungan terhadap pekerja migran yang selama ini menjadi isu bersama.
Menlu Sugiono menekankan pentingnya mobilitas tenaga kerja yang aman dan bertanggung jawab sebagai pilar hubungan antarkawasan.
Soroti Isu Palestina dan Stabilitas Maritim
Dalam forum tersebut, Menlu Sugiono juga menyuarakan dukungan terhadap kemanusiaan dan keamanan global, termasuk stabilitas jalur pelayaran dan pemberantasan kejahatan lintas negara.
Ia menyebut perlunya kerja sama maritim untuk mengembangkan potensi ekonomi biru serta menjamin keamanan pelayaran, terutama di wilayah yang menjadi titik vital perdagangan internasional.
Lebih lanjut, Menlu Sugiono menyuarakan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Palestina yang terus memburuk. Ia mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Israel.
“Israel harus dimintai pertanggungjawaban atas kekejamannya. Indonesia akan terus bersuara dan bergerak bersama negara-negara mitra untuk memastikan keadilan di Palestina,” tegas Menlu Sugiono.
Pernyataan tersebut mempertegas konsistensi posisi Indonesia yang selama ini mendukung solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah.
Menuju KTT ASEAN-GCC ke-2
Pertemuan tingkat menteri ini menjadi pengantar menuju pertemuan puncak ASEAN-GCC yang kedua. Dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan mencapai USD 6 triliun dan populasi lebih dari 734 juta jiwa, potensi kemitraan kawasan ini sangat besar.
Mayoritas populasi yang berada di usia produktif menjadi modal sosial yang dapat dioptimalkan melalui kerja sama lintas kawasan. Sinergi ASEAN dan GCC dinilai mampu menghadirkan poros ekonomi dan politik baru di Indo-Pasifik.
Forum ini juga memberikan ruang strategis untuk memperkuat posisi kolektif kawasan Global South dalam tatanan dunia yang terus berubah. Hal ini sejalan dengan misi diplomasi Indonesia untuk aktif dalam percaturan global berbasis keadilan dan kerja sama setara.
Keseriusan dalam menjalin hubungan erat tercermin dalam pendekatan konkret, bukan sekadar retorika, sebagaimana yang ditegaskan oleh Menlu Sugiono dalam forum internasional tersebut.
Pertemuan ini pun mendapat sorotan positif dari negara peserta dan dinilai menjadi tonggak penting dalam membangun jembatan kerja sama antarwilayah yang berkelanjutan.
Pertemuan Menteri ASEAN-GCC 2025 menegaskan urgensi kerja sama lintas kawasan di tengah dinamika global. Fokus Indonesia pada kerja sama konkret memperlihatkan arah diplomasi aktif dan produktif di bawah kepemimpinan Menlu Sugiono.
Isu strategis seperti energi, pangan, dan perlindungan pekerja migran menjadi pusat perhatian dalam hubungan ASEAN-GCC. Posisi geografis dan kekuatan ekonomi kedua kawasan dapat membentuk poros pertumbuhan baru di Indo-Pasifik.
Keprihatinan Indonesia terhadap isu Palestina mempertegas pendekatan luar negeri yang berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan global. Indonesia tidak hanya bicara, tetapi juga mendorong aksi kolektif untuk perubahan.
Pemerintah perlu menindaklanjuti hasil pertemuan ini dengan kebijakan konkret, termasuk mendorong pelibatan sektor swasta dalam jaringan ASEAN-GCC. Penguatan peran diplomasi ekonomi dapat mempercepat realisasi manfaat kerja sama ini bagi masyarakat luas.
ASEAN dan GCC sebaiknya mempercepat studi kelayakan FTA dan penguatan forum ekonomi seperti AIPF. Peran Indonesia bisa diperluas melalui kepemimpinan diplomatik dan penyediaan platform dialog lintas sektor.
Masyarakat Indonesia, khususnya pelaku usaha dan pekerja migran, harus diberi akses informasi dan perlindungan maksimal atas kerja sama yang dijalin. Partisipasi publik dapat memperkuat legitimasi dan keberlanjutan program kerja sama internasional.(*)