JAKARTA, EKOIN.CO – Tesla Inc. mencatat penurunan laba bersih sebesar 71% pada kuartal pertama tahun 2025, didorong oleh persaingan ketat dari produsen kendaraan listrik China, kenaikan tarif, dan menurunnya kepercayaan konsumen. CEO Elon Musk mengumumkan rencananya untuk mengurangi keterlibatan di Departemen Efisiensi Pemerintahan Trump (DOGE) guna memulihkan bisnis inti perusahaan.
“Saya percaya hal yang benar untuk dilakukan adalah melawan pemborosan, penipuan dan mencoba mengembalikan negara ke jalur yang benar,” ujar Musk dalam pengumuman pendapatan, Selasa (22/4/2025). Namun, langkah ini belum cukup meredam kekhawatiran investor setelah saham Tesla turun 37% sejak awal tahun.
Tekanan terhadap Tesla tidak hanya berasal dari faktor ekonomi, tetapi juga kontroversi politik Musk. Keterlibatannya di DOGE, yang memangkas anggaran berbagai lembaga federal, memicu protes global dan boikot terhadap produk Tesla. “Tekanan akar rumput Tesla Takedown mulai menghantam Tesla di titik yang menyakitkan yakni laba bersih perusahaan,” kata aktivis Patty Hoyt.
Penjualan Tesla merosot di pasar-pasar utama. Di California, pangsa pasarnya turun dari 56% menjadi 44%, sementara pengiriman di China dan Jerman masing-masing anjlok 22% dan 62%. Perusahaan merespons dengan meluncurkan Cybertruck versi lebih murah seharga US$69.990 dan mempersiapkan varian Model Y yang terjangkau.
Meski bisnis penyimpanan energi Tesla tumbuh 67%, margin operasional perusahaan tetap merosot ke 2,1%. Analis Gene Munster dari Deepwater Asset Management menyebut laporan keuangan ini “bencana besar”, namun berharap perubahan fokus Musk dapat memulihkan Tesla.