JAKARTA, EKOIN.CO – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menginisiasi percontohan budidaya rumput laut di Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, sebagai upaya mengembalikan kejayaan komoditas tersebut. Langkah ini diambil menyusul penurunan minat masyarakat akibat serangan penyakit ice-ice dan pergeseran mata pencaharian ke sektor pariwisata.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala BPPSDM KKP, I Nyoman Radiarta, konsep SMART Fisheries Village (SFV) di Pulau Kongsi tidak hanya fokus pada pelatihan teknis, tetapi juga menjadi inkubasi bisnis untuk startup kelautan. “Ini sarana pengembangan SDM dari aspek pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan,” ujarnya.
Sementara itu, Luthfi Assadad, Kepala BRPL, menjelaskan bahwa percontohan ini mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memastikan kualitas produksi. “Kami melibatkan Pokdakan Cottoni Jaya dari Pulau Pari, dengan pendekatan mulai dari pemilihan bibit hingga penanganan pascapanen,” jelasnya.
Hanafi, Ketua Pokdakan Cottoni Jaya, mengaku terbantu dengan pendampingan SFV. “Tahun 2024 kami produksi 8,8 ton rumput laut kering. Dengan dukungan ini, hasil bisa lebih meningkat,” katanya.
Di sisi lain, program ini juga menarik minat akademisi. Pada 2024, 19 mahasiswa magang dari enam kampus terlibat, dan angka itu naik menjadi 29 orang per Maret 2025. Sebagian besar penelitian mereka berfokus pada teknik budidaya dan pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan rumput laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya menekankan pentingnya penguatan ekonomi pesisir berbasis budidaya berkelanjutan. Harapannya, SFV Pulau Kongsi bisa menjadi model bagi daerah lain.