Jakarta, EKOIN.CO –Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto kembali disorot publik. Sebuah investigasi dari Indonesia Business Post (IBP) mengungkap dugaan serius bahwa baki makanan yang digunakan dalam program ini berisiko mengandung minyak babi, memicu pertanyaan besar terkait keamanan dan kehalalan wadah makan untuk anak sekolah.
[Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v]
Dugaan minyak babi pada baki MBG
Investigasi IBP menelusuri rantai pasok baki makanan ke wilayah Chaoshan, Guangdong, Tiongkok, pusat industri yang memproduksi 30–40 pabrik baki stainless steel untuk pasar global. Dari temuan lapangan, sejumlah pabrik diduga menggunakan lard oil atau minyak babi yang dicampur dengan minyak mineral serta aditif sebagai pelumas industri saat fabrikasi baja tahan karat tipe 201 dan 304.
IBP juga mendapatkan dokumen Safety Data Sheet (SDS) yang menunjukkan kemungkinan penggunaan minyak babi dalam proses produksi. Fakta ini menimbulkan kekhawatiran publik, khususnya terkait kehalalan dan standar kesehatan produk yang kini digunakan dalam program nasional MBG.
Dalam laporannya, IBP menulis, “Tim kami sedang memantau hasil uji laboratorium di dua fasilitas di Jakarta dan sekitarnya untuk mengidentifikasi komposisi kimia dan memastikan ada tidaknya kandungan hewani. Kami juga mengikuti pemeriksaan dari berbagai sumber SPPG guna memastikan baki yang beredar benar-benar stainless steel 304, bukan 201 non-food-grade.”
Risiko bagi anak sekolah
Baki yang dipakai di sekolah-sekolah Indonesia terbagi menjadi tiga tipe, yakni food-grade 316, food-grade 304, dan non-food-grade 201. Pemerintah sebelumnya sudah melarang impor stainless steel tipe 201 karena dianggap berisiko bagi kesehatan masyarakat. Namun, investigasi IBP menemukan larangan ini tidak dijalankan secara ketat sehingga produk tersebut tetap beredar luas.
Seorang importir dalam negeri mengungkap bahwa meski sebagian besar importir memesan baki tipe 304, kenyataannya tipe 201 masih marak di pasar. Tekanan harga membuat produsen Tiongkok mencampur tipe 201 dengan 304, sehingga kualitas baki yang beredar tidak selalu sesuai standar.
Dari total kebutuhan nasional sebanyak 82 juta baki, sekitar 14 juta unit sudah masuk ke pasar Indonesia, sebagian besar berasal dari Tiongkok. Hal ini memunculkan potensi jutaan baki non-food-grade digunakan anak sekolah setiap hari dalam program MBG.
IBP menekankan bahwa lemahnya pengawasan di lapangan membuka celah masuknya produk yang tidak memenuhi standar halal dan keamanan pangan. Jika benar dugaan minyak babi digunakan dalam proses produksi, maka hal ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga menyentuh aspek sensitif bagi umat Muslim di Indonesia.
Hingga kini, pemerintah masih menunggu hasil uji laboratorium lebih lanjut. Temuan ini membuat publik mendesak agar pengawasan rantai pasok dalam program MBG diperketat demi melindungi generasi muda.
( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v