Jakarta, –EKOIN – CO – Dalam rangka memperingati delapan dekade perjalanan bangsa, Kementerian Kebudayaan RI melalui Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan (Ditjen PPPK) menghadirkan Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia, sebuah pertunjukan lintas medium yang merayakan kekuatan kata sebagai rekaman perjalanan bangsa. Acara digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jumat (22/8), dan dihadiri lebih dari 500 penonton lintas generasi.
Hadir dalam perayaan tersebut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Menteri Agama Nasaruddin Umar, serta Kepala Perpustakaan Nasional Aminudin Aziz. Mereka tampil bersama sejumlah sastrawan dan seniman kenamaan seperti Taufiq Ismail, Jose Rizal Manua, Nissa Rengganis, Iman Soleh, Happy Salma, Rania Yamin, Andhini Puteri, hingga Esha Tegar Putra.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa sastra, khususnya puisi, telah menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa Indonesia.
“Sejak masa Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka, Angkatan 45 hingga Angkatan 66, puisi selalu hadir merekam potret perjalanan bangsa. Semoga Sasana Sastra malam ini menjadi penghormatan bagi para tokoh bangsa, sekaligus memperkokoh kebangsaan kita menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Fadli Zon.
Selepas sambutan, Menbud membacakan puisi ciptaannya berjudul Untukmu Bung Tomo, yang ditulis 40 tahun silam saat dirinya berusia 15 tahun. Sementara itu, Menag Nasaruddin Umar turut membacakan dua puisi, Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi WM dan Sajak Atas Nama karya K.H. Mustofa Bisri, serta catatannya berjudul Ketika Algoritma Lebih Kuat Dari Wahyu.
Direktur Jenderal PPPK, Ahmad Mahendra, menyebut berkat dorongan Menbud, puisi dan karya sastra kini kembali semarak.
“Dalam Sasana Sastra kita mengalami puisi sebagai jiwa bangsa. Dari sorak revolusi, nyanyi sunyi, hingga imaji masyarakat urban dan adat. Sastra memberi warna pemajuan kebudayaan serta menguarkan harum bagi pembangunan peradaban,” tuturnya.
Sasana Sastra dibagi dalam enam babak yang menampilkan ragam wajah Indonesia. Dari puisi perlawanan kolonial (Iman Soleh), proklamasi 1945 (Jose Rizal Manua), suara perempuan (Happy Salma), ekologi dan lingkungan (Taufiq Ismail), diaspora (Andhini Puteri dan Esha Tegar Putra), hingga generasi digital dengan penampilan puisi hip-hop dari Iwa K.
Selain pembacaan puisi, acara juga dimeriahkan musikalisasi puisi oleh Reda Gaudiamo dengan arahan Ricky Surya Virgana dari White Shoes and The Couples Company, serta pertunjukan tari oleh Siko Setyanto dan pantomim.
Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya memperkuat ekosistem sastra di Indonesia melalui program strategis seperti Manajemen Talenta Nasional Seni Budaya, Festival Sastra, Penguatan Komunitas Sastra, Penerjemahan Karya, Lab Penerjemah, hingga Lab Promotor Sastra.
Dengan langkah ini, sastra Indonesia diharapkan tumbuh tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga berakar kuat secara kultural, melahirkan generasi baru yang mampu membaca masa lalu sekaligus mentransformasikannya menjadi energi kreatif untuk masa depan bangsa.