Gowa, Sulawesi Selatan – EKOIN – CO – Sebuah film horor terbaru berjudul “Ilmu Doti: Tumbal Hitam” siap menghantui layar lebar Indonesia. Disutradarai oleh Bayu Pamungkas, film ini mengupas sisi gelap budaya mistik Sulawesi, khususnya praktik ilmu hitam paling kejam yang dikenal dengan nama doti.
Doti, yang oleh sebagian masyarakat setempat dianggap sebagai bentuk santet paling mematikan di Sulawesi, menjadi pusat cerita dalam film yang berlatar di desa fiktif bernama Jonjo, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa. Desa ini digambarkan sebagai kampung yang telah ditinggalkan penduduknya selama 15 tahun karena teror doti yang menghantui.
Salah satu tokoh sentral dalam film ini adalah Daeng Rate, diperankan oleh aktor senior Jerry Wong. Daeng Rate digambarkan sebagai tokoh tua yang masih memegang teguh kepercayaan mistik turun-temurun, meski bertentangan dengan nilai-nilai baru yang mulai tumbuh di kalangan anak muda.
Film ini juga menandai debut layar lebar aktris muda Lidya Florencia Turu sebagai Tiara, anak dari Daeng Rate. Tiara adalah simbol generasi muda yang berusaha kembali ke nilai-nilai agama dan spiritualitas yang lebih murni. Meski dirinya Nasrani di kehidupan nyata, Lidya menunjukkan totalitas akting dengan mendalami peran sebagai gadis Muslim yang religius—termasuk belajar melafalkan dan menghafal ayat-ayat suci.
“Ini tantangan besar buat saya, apalagi saya harus belajar budaya dan agama yang berbeda. Tapi justru ini membuat saya kaya secara pengalaman,” ujar Lidya saat ditemui di lokasi syuting.
Menariknya, 80% pemain dalam film ini berasal dari Sulawesi Selatan, memberikan nuansa lokal yang kental dan autentik. Bayu Pamungkas sebagai sutradara menekankan pentingnya kolaborasi antara aktor nasional dan lokal.
“Kita ingin tunjukkan bahwa budaya mistik bukan hanya milik cerita Jawa. Sulawesi juga punya kisah kelam yang tak kalah menyeramkan,” jelas Bayu.
Selain unsur mistik dan horor, “Ilmu Doti: Tumbal Hitam” juga sarat pesan moral. Film ini ingin menggugah kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, untuk tidak melupakan akar budaya dan tetap memegang nilai-nilai spiritual dalam menghadapi kehidupan modern.
Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada akhir tahun 2025 dan diharapkan menjadi salah satu film horor lokal yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga membuka mata terhadap kekayaan budaya Indonesia yang sering tersembunyi.