Seoul EKOIN.CO – Korea Selatan resmi mengumumkan kemajuan signifikan dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae, hasil kerja sama teknologi pertahanan antara Seoul dan Jakarta. Pesawat tempur generasi 4.5 ini diklaim mampu mendeteksi dan melacak ratusan target dalam jarak ratusan kilometer.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam laporan yang dirilis Senin, 21 Juli 2025, pihak Korea Selatan menyatakan bahwa meskipun saat ini masih menggunakan mesin buatan Amerika Serikat, proyek pengembangan mesin domestik telah dimulai dengan dukungan penuh dari Hanwha Aerospace. Jet tempur ini dilengkapi radar Active Electronically Scanned Array (AESA) canggih dan sistem avionik terbaru.
Kemampuan Deteksi Target Jarak Jauh
Menurut laporan dari media lokal Korsel, jet tempur KF-21 Boramae memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan memantau hingga 100 target sekaligus dalam satu waktu. Jarak deteksi target diklaim bisa mencapai ratusan kilometer, membuatnya menjadi salah satu jet tempur paling modern di Asia. Sistem deteksi dan pelacak ini akan memberikan keuntungan strategis dalam situasi pertempuran udara.
KF-21 telah melalui berbagai tahap uji coba terbang sejak tahun 2021. Dengan enam prototipe yang telah terbang, pesawat ini kini memasuki tahap produksi terbatas. Pada tahap awal, Korea Selatan menargetkan produksi sebanyak 120 unit jet tempur untuk angkatan udaranya sendiri.
Kolaborasi Indonesia dalam proyek KF-21 Boramae tetap berjalan meskipun sempat ada kendala pembayaran iuran pengembangan. Menurut pernyataan resmi dari pihak Korea Aerospace Industries (KAI), Indonesia telah menyelesaikan masalah pembagian biaya. “Kami telah menyepakati pembagian biaya baru dengan Indonesia yang memungkinkan proyek ini berjalan lancar,” kata juru bicara KAI, dikutip dari Yonhap News Agency.
Ambisi Bangun Mesin Jet Sendiri
Meskipun saat ini mesin yang digunakan masih F414 buatan General Electric (GE), Korea Selatan menegaskan bahwa pengembangan mesin lokal tengah berlangsung. Hanwha Aerospace telah memulai proyek tersebut sebagai bagian dari ambisi besar Korea Selatan untuk kemandirian teknologi pertahanan.
Proyek ini disebut sebagai bagian dari upaya jangka panjang untuk tidak lagi bergantung pada pemasok luar negeri dalam pengadaan mesin jet tempur. Mesin jet buatan lokal nantinya akan digunakan pada varian lanjutan KF-21 maupun proyek jet tempur masa depan Korea Selatan.
Selain mesin, Korsel juga berusaha mengembangkan sistem persenjataan, radar, dan perangkat elektronik lainnya secara mandiri. Dalam jangka menengah, Korea Selatan ingin menjadi negara pengekspor jet tempur yang kompetitif di pasar global.
Pengembangan KF-21 Boramae mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Korea Selatan. Proyek ini dinilai strategis untuk memperkuat pertahanan udara dan meningkatkan posisi industri pertahanan Korsel di tingkat internasional.
Sejak diluncurkan pertama kali pada April 2021, KF-21 telah menyita perhatian banyak negara. Teknologi stealth, kemampuan membawa berbagai jenis senjata, dan harga yang lebih terjangkau dibandingkan jet tempur generasi kelima menjadi daya tarik tersendiri.
Indonesia sendiri mendapatkan keuntungan dari kerja sama ini, termasuk transfer teknologi dan peluang produksi lokal di masa depan. Sejumlah insinyur dan teknisi Indonesia juga turut terlibat dalam pengembangan jet tempur ini di fasilitas KAI.
Namun demikian, tantangan teknis masih ada, terutama terkait sertifikasi dan integrasi sistem senjata. Menurut pejabat pertahanan Korsel, proses ini membutuhkan waktu dan pengujian lebih lanjut agar jet tempur ini memenuhi standar operasional penuh.
Pemerintah Korea Selatan menargetkan KF-21 bisa mulai beroperasi penuh pada tahun 2028. Sementara itu, pengembangan mesin jet tempur lokal diperkirakan akan memakan waktu lebih lama, sekitar satu dekade ke depan.
Sejumlah negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah disebut tertarik untuk membeli KF-21 jika produksi massal telah dimulai. Ini membuka peluang ekspor dan kerja sama pertahanan yang lebih luas bagi Korsel dan Indonesia.
Kehadiran KF-21 Boramae juga meningkatkan kemampuan pertahanan udara Korea Selatan dalam menghadapi ancaman regional. Pesawat ini dirancang untuk melengkapi armada jet tempur F-35A dan F-15K yang sudah dimiliki Korsel.
Pada akhirnya, keberhasilan proyek ini akan menjadi bukti nyata kemajuan teknologi pertahanan Korea Selatan. Di sisi lain, bagi Indonesia, proyek KF-21 bisa menjadi batu loncatan menuju kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Dalam kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia dalam pengembangan jet tempur KF-21 Boramae menunjukkan kemajuan yang signifikan. Jet ini memiliki kemampuan deteksi dan pelacakan target yang canggih dan berpotensi memperkuat posisi strategis kedua negara di bidang pertahanan udara. Keberhasilan proyek ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam teknologi militer.
bagi Indonesia adalah terus mendukung penuh kerja sama ini, termasuk pemenuhan kewajiban biaya agar dapat memaksimalkan transfer teknologi. Selain itu, perlu penguatan industri pertahanan nasional agar dapat menyerap teknologi dan produksi lanjutan dari proyek KF-21. Pemerintah juga harus memastikan proyek ini membawa manfaat strategis dan ekonomi bagi Indonesia di masa depan.
Perlu pula dukungan SDM berkualitas dalam negeri yang mampu mengimbangi pengembangan teknologi tinggi seperti jet tempur. Diharapkan, kerja sama ini membuka jalan bagi Indonesia untuk lebih mandiri dalam pengembangan alutsista nasional. Proyek ini menjadi peluang besar untuk memperkuat industri pertahanan dan meningkatkan kapabilitas pertahanan negara secara keseluruhan. (*)