Teheran EKOIN.CO – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, secara terbuka menyatakan bahwa negaranya siap kembali menyerang Israel jika diperlukan, menyusul ketegangan yang terus meningkat setelah konflik militer bulan Juni lalu. Dalam wawancara televisi perdananya yang disiarkan Selasa (23/7/2025), Presiden Pezeshkian menegaskan bahwa penghentian program nuklir Iran adalah hal yang mustahil dan hanya merupakan “ilusi belaka.”
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam wawancara tersebut, Pezeshkian mengatakan bahwa meskipun Israel telah memberikan pukulan keras kepada Iran selama konflik, namun Teheran membalas dengan lebih kuat. Menurutnya, Tel Aviv menyembunyikan sebagian besar kerugian yang dialami akibat serangan rudal Iran.
Ia juga menuding Israel sengaja menutupi pembicaraan tentang keberhasilan Iran dalam menyerang wilayah Israel, dan menyebut permintaan Israel agar perang dihentikan sebagai sinyal kelemahan. “Israel berusaha menghancurkan sistem kami dan menimbulkan kekacauan, tetapi mereka gagal,” ujar Pezeshkian seperti dikutip dari Republika.co.id.
Presiden Pezeshkian menegaskan bahwa pasukan Iran saat ini berada dalam kesiapan tinggi untuk melakukan serangan jika diperlukan, termasuk menargetkan wilayah yang lebih dalam di Israel. Ia menambahkan bahwa meskipun Iran tidak menginginkan konflik bersenjata, pertahanan tetap menjadi prioritas utama.
Iran sebut penghentian nuklir ilusi
Lebih lanjut, Presiden Iran itu menolak semua klaim yang menyatakan Teheran akan menghentikan program nuklirnya. Ia menyebut tuduhan tersebut hanyalah propaganda semata. Menurutnya, bangsa Iran akan terus mempertahankan hak atas teknologi nuklir, yang dianggap sebagai bagian dari kedaulatan nasional.
Dalam konteks konflik dengan Israel, Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran tidak pernah bergantung pada perjanjian gencatan senjata. Ia menyebut bahwa selama ancaman terhadap kedaulatan nasional masih ada, Iran akan tetap mempertahankan diri dengan semangat tinggi.
Ia mengakui bahwa terdapat beberapa penetrasi ke wilayah Iran selama konflik berlangsung. Namun, menurutnya, faktor utama dalam konfrontasi tersebut adalah penggunaan teknologi canggih dan keterlibatan Amerika Serikat dalam mendukung Israel.
Presiden Iran juga menyoroti pentingnya diplomasi dan menyatakan bahwa negaranya masih membuka pintu dialog, meskipun tekanan dari luar terus meningkat. “Kami percaya pada diplomasi, bukan pada dominasi,” katanya.
Presiden Iran tekankan kesiapan militer
Dalam pernyataan lainnya, Pezeshkian menekankan bahwa kekuatan militer Iran telah berkembang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyebut bahwa meskipun Israel memiliki senjata canggih, Iran mampu menanggapi setiap provokasi dengan kekuatan yang seimbang.
Menurutnya, peran Iran dalam kawasan tidak bisa diabaikan. Ia menyebut bahwa tekanan terhadap negaranya justru menguatkan tekad rakyat Iran dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan.
Pezeshkian mengaku, tantangan dari luar negeri, termasuk sanksi dan tekanan diplomatik, hanya membuat Iran semakin solid dalam menyusun langkah strategis. Ia juga menyinggung bahwa kekuatan pertahanan Iran adalah hasil dari kerja keras jangka panjang dan tidak bisa dihapuskan hanya dengan retorika atau serangan singkat.
Dalam pernyataannya, Presiden Iran itu juga menyebutkan bahwa dunia harus melihat konflik ini secara adil dan tidak memihak. Ia meminta komunitas internasional tidak memihak pada satu narasi saja.
Pernyataan Pezeshkian tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, pasca-serangan balasan dari kedua pihak yang terjadi sepanjang bulan Juni. Konflik tersebut sempat memicu kekhawatiran global akan eskalasi perang terbuka di kawasan Timur Tengah.
Meski Iran mengaku siap menyerang kembali jika diserang, Pezeshkian tetap menyampaikan bahwa niat utama pemerintahannya adalah menjaga perdamaian dan kestabilan kawasan. Namun, ia menegaskan bahwa stabilitas tidak bisa tercapai selama Israel masih terus mengancam kedaulatan Iran.
Pezeshkian menutup pernyataannya dengan menyatakan bahwa rakyat Iran tidak akan menyerah pada tekanan internasional. Ia menyebut bahwa jalan diplomasi tetap terbuka, tetapi Iran tidak akan tunduk di bawah tekanan.
Ia juga menekankan pentingnya solidaritas dalam negeri untuk menghadapi setiap ancaman yang datang dari luar. Ia menyerukan kepada seluruh rakyat Iran untuk tetap waspada dan bersatu dalam menjaga keutuhan bangsa.
Presiden Iran itu mengulangi bahwa pihaknya tidak sedang mencari musuh, namun siap menghadapi siapa pun yang mencoba menggoyahkan stabilitas negaranya. Ia menyebut konflik dengan Israel sebagai ujian bagi ketahanan nasional Iran.
Ia mengakhiri wawancara dengan harapan agar masyarakat internasional tidak menutup mata terhadap realitas yang terjadi di lapangan dan memberikan perhatian terhadap hak-hak Iran sebagai bangsa berdaulat.
Situasi antara Iran dan Israel masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Beberapa pengamat memperkirakan konflik dapat kembali meletus sewaktu-waktu apabila tidak ada upaya konkret dari pihak-pihak terkait untuk meredakan ketegangan.
dari pernyataan Presiden Pezeshkian menunjukkan adanya ketegasan dalam mempertahankan kedaulatan Iran. Ia menyampaikan secara terbuka bahwa setiap ancaman terhadap negaranya akan direspons dengan tindakan yang setara. Namun demikian, Iran tetap menyisakan ruang untuk negosiasi dan diplomasi sebagai solusi damai jangka panjang.
Di tengah ketegangan kawasan, Iran menampilkan wajah kepemimpinan yang tidak mudah ditekan oleh kekuatan asing. Pernyataan terbuka Presiden Pezeshkian juga mencerminkan keyakinan bahwa kekuatan militer dan teknologi Iran mampu menjadi penyeimbang terhadap ancaman dari luar.
Konflik dengan Israel tidak hanya bersifat militer, tetapi juga berkaitan erat dengan geopolitik dan diplomasi tingkat tinggi. Iran tampaknya menyadari kompleksitas ini dan menyesuaikan strateginya dengan kehati-hatian yang terukur.
Dalam menyikapi dinamika kawasan, penting bagi komunitas internasional untuk tidak bersikap berat sebelah. Respons yang adil dan seimbang dibutuhkan agar tidak memperburuk situasi yang telah tegang.
yang relevan dalam kondisi ini adalah pentingnya mediasi internasional yang netral untuk mendorong deeskalasi. Langkah tersebut harus dilakukan dengan pendekatan dialog, bukan tekanan sepihak, agar menghasilkan solusi damai yang dapat diterima semua pihak.
Pihak-pihak berkepentingan perlu menyadari bahwa penggunaan kekuatan militer tanpa batas justru akan memperpanjang konflik. Dialog regional seharusnya dihidupkan kembali dengan melibatkan negara-negara tetangga untuk menjaga stabilitas kawasan.
Masyarakat internasional juga perlu mendorong transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak yang terlibat konflik. Hal ini agar informasi tidak dimanipulasi untuk kepentingan politik tertentu.
Ke depan, penting bagi semua negara di Timur Tengah untuk meneguhkan komitmen terhadap penyelesaian damai. Inisiatif regional yang memperkuat kerja sama keamanan dan ekonomi bisa menjadi jalan untuk mencegah konflik berulang.
Dalam situasi saat ini, pendekatan koersif tidak akan menghasilkan perubahan positif. Solusi damai dan diplomasi berbasis kepercayaan perlu dikedepankan agar perdamaian yang tahan lama dapat terwujud di kawasan tersebut. (*)