Mexico City EKOIN.CO – Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum secara tegas mengecam kebijakan Amerika Serikat yang masih memberlakukan larangan impor ternak dari Meksiko karena kekhawatiran terhadap wabah ulat. Ia menyatakan bahwa kebijakan tersebut tidak didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat dan berpotensi digunakan sebagai alat politik menjelang pemilihan umum di Amerika Serikat tahun depan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Presiden Sheinbaum menyebutkan bahwa wabah ulat yang dijadikan alasan pembatasan oleh pihak Washington sebenarnya ditemukan di bagian selatan Meksiko. Lokasi tersebut berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari kawasan produsen utama ternak di bagian utara, yang merupakan wilayah terdampak dari larangan tersebut.
Kritik itu disampaikannya dalam sebuah pernyataan resmi di hadapan awak media. Ia menyoroti bahwa kebijakan Amerika Serikat tampak tidak konsisten dan memiliki kecenderungan dipolitisasi, terutama menjelang masa kampanye pemilu.
“Ini tampaknya lebih bersifat politis. Dalam beberapa kasus, larangan ini dapat ditafsirkan sebagai isu politik terhadap Meksiko,” ujar Claudia Sheinbaum.
Lebih lanjut, Presiden Meksiko tersebut memperingatkan agar politisi Amerika tidak menjadikan hubungan bilateral dengan Meksiko sebagai bahan retorika kampanye. Ia menggarisbawahi pentingnya menjaga kehormatan dan kedaulatan negara dalam konteks hubungan internasional.
“Jangan lupa bahwa ada pemilu di AS yang akan berlangsung setahun lagi,” tegasnya, mengisyaratkan bahwa larangan tersebut kemungkinan besar dimanfaatkan untuk mendulang suara dengan memainkan isu keamanan pangan.
Kebijakan AS Dinilai Tidak Berdasar Ilmiah
Claudia Sheinbaum meminta klarifikasi dari otoritas kesehatan Amerika Serikat terkait dasar ilmiah yang digunakan dalam menetapkan larangan tersebut. Ia menekankan perlunya transparansi agar kebijakan itu tidak menimbulkan kecurigaan lebih lanjut dari pihak Meksiko.
Menurut informasi yang disampaikan oleh pemerintah Meksiko, larangan tersebut berimbas secara ekonomi terhadap sejumlah negara bagian penghasil ternak di wilayah utara. Padahal, lokasi wabah sebenarnya berada sangat jauh dari pusat-pusat peternakan.
Ia juga menyatakan keheranannya atas ketidaksesuaian antara letak geografis wabah dan penerapan larangan impor. Hal ini semakin memperkuat kecurigaan bahwa alasan kesehatan hanyalah dalih semata.
Claudia menekankan bahwa pihaknya terbuka untuk bekerja sama dalam upaya mitigasi risiko wabah, namun kebijakan sepihak yang bersifat diskriminatif tidak dapat diterima begitu saja.
Meksiko Desak Peninjauan Ulang Keputusan AS
Dalam respons diplomatiknya, pemerintah Meksiko mendesak Amerika Serikat untuk meninjau ulang larangan tersebut dengan pendekatan yang lebih ilmiah dan rasional. Mereka menegaskan bahwa hubungan dagang seharusnya tidak terpengaruh oleh agenda politik internal negara lain.
“Larangan ini memerlukan peninjauan ulang yang menyeluruh dan tidak boleh didasarkan pada spekulasi,” jelas Sheinbaum kepada media lokal.
Pemerintah Meksiko juga mulai melakukan dialog dengan para eksportir dan asosiasi peternak untuk menyusun langkah-langkah mitigasi serta perlindungan ekonomi. Langkah diplomatik juga tengah disiapkan melalui jalur bilateral.
Sejumlah pengamat kebijakan internasional menyebutkan bahwa ketegangan perdagangan ini berpotensi berkembang menjadi sengketa diplomatik jika tidak segera diselesaikan secara transparan dan adil.
Sementara itu, dari pihak Amerika Serikat belum ada tanggapan resmi terkait permintaan klarifikasi tersebut. Namun, sejumlah pejabat Departemen Pertanian AS menyebutkan bahwa keputusan tersebut dibuat atas pertimbangan keamanan hayati.
Kendati demikian, Sheinbaum tetap bersikeras bahwa argumen tersebut belum disertai data ilmiah yang memadai. Ia menegaskan bahwa diplomasi tidak boleh dikalahkan oleh agenda kampanye jangka pendek.
Dalam pernyataannya, Presiden Meksiko juga mengajak masyarakat internasional untuk lebih jeli dalam menilai motif kebijakan perdagangan yang dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan negara berkembang.
Ia berharap agar kemitraan strategis antara Meksiko dan Amerika Serikat dapat terus berjalan dalam semangat kesetaraan dan saling menghormati, bukan malah dimanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat.
Claudia Sheinbaum mengingatkan bahwa stabilitas regional akan lebih mudah terwujud jika setiap pihak menjunjung tinggi etika politik luar negeri dan tidak mencampuradukkan urusan dalam negeri dengan hubungan antarnegara.
Di tengah situasi ini, para pelaku industri peternakan di Meksiko mulai merasakan dampaknya. Penurunan ekspor telah memicu kekhawatiran soal keberlanjutan pendapatan di sektor tersebut.
Asosiasi eksportir ternak Meksiko telah menyampaikan keluhan mereka ke pemerintah federal dan meminta jaminan agar kerugian dapat diminimalkan melalui bantuan darurat atau pembukaan pasar alternatif.
Sebagai penutup, Sheinbaum kembali menegaskan bahwa negaranya menolak dijadikan kambing hitam dalam pusaran politik negara lain, terutama dalam masa kampanye yang sarat kepentingan pribadi.
Meksiko menyerukan kerja sama yang berlandaskan keadilan dan kejujuran, bukan rasa curiga yang dibungkus dalam kebijakan sepihak tanpa dialog terbuka. Ia menegaskan bahwa martabat negara harus dijaga dalam segala kondisi.
Pemerintah Meksiko kini fokus memperkuat pengawasan dan pengendalian wabah, meskipun lokasinya jauh dari wilayah terdampak larangan. Mereka juga berkoordinasi dengan organisasi kesehatan dunia untuk mendapatkan penilaian independen.
Penting bagi komunitas global untuk menegaskan bahwa kebijakan lintas batas tidak seharusnya menjadi instrumen politik dalam negeri. Keputusan yang memengaruhi jutaan orang harus berpijak pada prinsip-prinsip ilmiah dan objektivitas.
dari situasi ini menunjukkan bahwa politisasi isu bilateral dapat merusak hubungan antarnegara yang telah lama dibangun. Kebijakan sepihak yang tidak berdasarkan fakta ilmiah juga bisa menimbulkan ketidakpercayaan di tingkat internasional.
Pemerintah Meksiko menunjukkan keberanian diplomatik dengan menantang keputusan yang dianggap tidak adil. Langkah tersebut menegaskan bahwa negara berkembang juga berhak memperjuangkan keadilan dalam forum global.
Dialog terbuka dan transparan harus menjadi dasar dalam menyelesaikan konflik semacam ini. Ketertutupan informasi hanya akan memperpanjang ketegangan dan menimbulkan prasangka negatif.
Amerika Serikat diharapkan bersikap terbuka terhadap klarifikasi yang diajukan Meksiko. Sebuah hubungan kemitraan sejati tidak dibangun atas dasar dominasi, melainkan saling pengertian dan saling percaya.
Sebagai pihak-pihak terkait sebaiknya mengedepankan pendekatan ilmiah dalam menyusun kebijakan perdagangan. Ketidakakuratan informasi bisa menimbulkan kerugian besar, baik secara ekonomi maupun diplomatik.
Negara-negara harus menjauh dari praktik memanfaatkan isu teknis untuk tujuan politik jangka pendek. Keamanan hayati penting, namun harus diperlakukan secara proporsional dan berdasarkan data yang valid.
Langkah diplomasi yang diambil Meksiko patut diapresiasi karena mendorong tata kelola hubungan internasional yang lebih sehat. Kepentingan rakyat harus ditempatkan di atas kepentingan elite politik.
Kolaborasi lintas batas harus dibangun dalam semangat saling mendukung. Ketidaksetaraan dalam keputusan akan merusak stabilitas regional dan merugikan semua pihak.
Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil perlu bekerja bersama untuk mencari solusi yang adil dan transparan. Penguatan kapasitas domestik juga penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu.(*)