Teheran EKOIN.CO – Perang 12 hari antara Iran dan Israel yang dimulai pada 13 Juni 2025 telah menimbulkan perhatian luas, terutama setelah pernyataan mantan pejabat Iran, Abdullah Kanji, mengenai dugaan keterlibatan unsur supranatural. Kanji menuduh bahwa Israel memanfaatkan pasukan jin dan kekuatan tak terlihat dalam konflik tersebut. Ia menyatakan bahwa selama pertempuran berlangsung, ditemukan kertas-kertas bertuliskan mantra dan simbol Yahudi di beberapa jalanan Teheran.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Abdullah Kanji mengaitkan temuan tersebut dengan pernyataan lama dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang pernah menyebut bahwa musuh-musuh negara, termasuk badan intelijen Barat dan Israel, menggunakan ilmu sihir serta jin untuk melakukan spionase terhadap Iran.
Menurut Kanji, praktik semacam ini bukan hal baru bagi Israel. Ia juga mengungkap bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pernah mencari bantuan dari ahli sihir pada awal konflik di Gaza. Tuduhan tersebut diperkuat dengan bukti simbol-simbol mistis yang disebut ditemukan setelah bentrokan militer intens.
Dalam konflik ini, tujuan serangan Israel disebut untuk menghentikan program rudal dan nuklir Iran. Namun, Iran segera merespons dengan serangkaian serangan rudal besar-besaran ke wilayah Israel, menyebabkan kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa kota penting Israel.
Menanggapi eskalasi ini, Amerika Serikat turut terlibat dengan meluncurkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran. Serangan tersebut termasuk terhadap lokasi penting seperti Fordow, situs pengayaan uranium bawah tanah yang strategis bagi Teheran.
Namun, laporan baru dari The Washington Post dan NBC News mempertanyakan keberhasilan serangan militer AS. Penilaian intelijen yang dikutip menyebutkan hanya satu dari tiga lokasi yang benar-benar terkena dampak serius, yakni fasilitas Fordow. Sisanya dinilai tidak terlalu mengalami kerusakan berarti.
Sementara itu, masih belum dapat dipastikan apakah sentrifugal pengayaan uranium di Fordow hancur atau dipindahkan sebelum serangan dilakukan. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa Iran masih memiliki kemampuan teknis untuk membuat bom atom jika dibutuhkan.
Militer Israel sendiri belum memberikan pernyataan resmi yang lengkap. Namun mereka mengungkap bahwa evaluasi terhadap efek serangan gabungan ini masih berlangsung. Beberapa pengamat mengisyaratkan bahwa keterlibatan AS bisa mengubah dinamika kekuatan regional di Timur Tengah.
Krisis Gaza Memburuk
Di sisi lain, situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk akibat kampanye militer Israel yang tak kunjung berhenti. Pada Sabtu, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 116 warga Palestina. Tenda-tenda pengungsian serta rumah-rumah menjadi sasaran bom.
Empat jenazah ditemukan di Bani Suheila, sebelah selatan Khan Younis, setelah serangan udara. Seorang warga Palestina juga dilaporkan tewas akibat serangan pesawat tak berawak Israel yang menghantam tenda pengungsian.
Serangan brutal turut menghantam sebuah rumah di az-Zawayda, Gaza tengah, menewaskan Kolonel Omar Saeed Aql, direktur polisi Nuseirat, dan 11 anggota keluarganya. Di Kota Gaza, serangan udara di lingkungan Zeitoun dan Tal al-Hawa merenggut delapan nyawa warga sipil lainnya.
Pasukan Israel juga menembaki warga di wilayah utara, termasuk di lingkungan Jabalia an-Nazla. Dua orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut, sementara tiga nelayan Palestina juga ditangkap di perairan Gaza.
Seruan Dunia untuk Akses Kemanusiaan
Sekretaris Jenderal Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Jagan Chapagain, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas risiko kelaparan di Gaza. Ia memperingatkan bahwa rakyat Gaza tidak memiliki akses pada makanan pokok karena stok langka dan harga sangat tinggi.
“Tak seorang pun seharusnya mempertaruhkan nyawanya hanya untuk memperoleh bantuan kemanusiaan dasar,” kata Chapagain dalam pernyataannya. Ia mendesak Israel membuka akses distribusi bantuan.
UNRWA, badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, mengklaim memiliki cukup makanan untuk seluruh populasi Gaza yang kini menunggu di perbatasan Mesir. Namun, larangan operasi dari Israel membuat distribusi tak dapat dilakukan.
Melalui akun X resminya, UNRWA menyampaikan permintaan mendesak agar Israel mencabut pengepungan. “Buka gerbangnya, cabut pengepungan dan biarkan UNRWA melakukan tugasnya,” tulis organisasi itu.
Ketegangan yang meningkat di seluruh wilayah tidak hanya menimbulkan korban fisik, tetapi juga memperdalam penderitaan warga sipil. Dengan akses pangan terbatas, peringatan kelaparan massal menjadi nyata.
dari rangkaian kejadian ini menunjukkan bahwa perang modern dapat menampilkan sisi-sisi yang tidak konvensional, seperti tuduhan penggunaan kekuatan supranatural. Ketegangan antara Israel dan Iran tidak hanya berlangsung dalam bentuk kekuatan militer, namun juga dalam dimensi psikologis dan budaya.
Dalam konteks ini, penting untuk memverifikasi semua klaim dan menelaahnya secara kritis, terutama yang berkaitan dengan unsur mistis. Meski demikian, realitas kerusakan fisik dan korban manusia tetap menjadi isu utama yang perlu segera diselesaikan secara diplomatis.
Situasi kemanusiaan di Gaza mengingatkan bahwa korban sejati dari perang adalah warga sipil tak bersalah yang tak punya pilihan selain bertahan di tengah kekacauan. Seruan dari berbagai lembaga kemanusiaan internasional harus dijadikan dasar untuk mengambil langkah konkret.
Membuka jalur distribusi bantuan dan mengizinkan organisasi internasional bekerja tanpa hambatan adalah langkah awal yang paling mendesak. Tanpa tindakan tersebut, risiko bencana kelaparan massal akan semakin besar.
Ke depan, perdamaian hanya dapat tercapai melalui dialog, penghentian agresi, dan komitmen global untuk menegakkan hukum kemanusiaan internasional. (*)