Jakarta, EKOIN.CO – Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) resmi meluncurkan inisiatif KOMITMEN pada Rabu, 16 Juli 2025. Acara berlangsung di kampus UIII, Cimanggis, Depok.
Program ini bertujuan memperkuat kebijakan ekonomi makro dan fiskal Indonesia dalam merespons tantangan perubahan iklim. Peluncuran diselenggarakan melalui forum diskusi publik yang menghadirkan sejumlah akademisi dan pakar lingkungan internasional.
Direktur Program KOMITMEN UIII, Teguh Yudo Wicaksono, menyatakan bahwa inisiatif ini merupakan langkah konkret untuk membantu Indonesia menuju emisi nol bersih. “KOMITMEN merupakan respons akademik UIII terhadap kebutuhan mendesak Indonesia untuk mengintegrasikan pertimbangan iklim dalam kebijakan ekonomi,” ujarnya.
Teguh menambahkan bahwa program ini tidak hanya merumuskan teori, tetapi juga menyediakan instrumen praktis yang siap digunakan oleh pembuat kebijakan. Inisiatif ini dirancang agar relevan dengan tantangan transisi energi yang sedang dihadapi Indonesia.
Diskusi peluncuran juga menghadirkan pembicara lain seperti Suzanty Sitorus dari ViriyaENB, Rektor UIII Jamhari Makruf, dan perwakilan dari ClimateWorks Foundation serta Climate Analytics.
Kolaborasi Antar Lembaga dan Tantangan Iklim
Suzanty Sitorus menyoroti pentingnya sinergi antara pemangku kepentingan dalam merespons krisis iklim. Menurutnya, risiko perubahan iklim bukan hanya ancaman ekologis, tetapi juga risiko ekonomi yang serius.
Hal ini diamini Teguh, yang menjelaskan dua risiko utama iklim yaitu risiko fisik dan risiko transisi. Risiko fisik termasuk banjir dan kekeringan, sedangkan risiko transisi muncul akibat kebijakan baru atau inovasi teknologi.
“Melalui pendekatan kolaboratif, KOMITMEN diharapkan dapat memecah silo kelembagaan dan menciptakan sinergi antara kebijakan ekonomi dan target iklim nasional,” ujar Teguh lagi.
Ia juga menekankan bahwa Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, berada di garis depan risiko bencana iklim. Karena itu, intervensi ekonomi harus adaptif terhadap dinamika iklim global yang cepat berubah.
Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari ViriyaENB, yang menyatakan komitmennya untuk mendukung kebijakan berbasis data dan riset ilmiah dalam menghadapi tantangan iklim.
Mengatasi Kesenjangan Strategis
Teguh menyampaikan bahwa KOMITMEN hadir untuk menutup tiga kesenjangan besar dalam kebijakan ekonomi iklim Indonesia. Pertama adalah kesenjangan kebijakan, yaitu kurangnya instrumen makroekonomi yang tanggap iklim.
Ia menilai kebijakan fiskal dan moneter selama ini masih terpisah, dan lebih fokus pada jangka pendek tanpa memperhatikan risiko iklim jangka panjang. Ini membuat ekonomi kurang tahan terhadap guncangan iklim.
Kesenjangan kedua adalah metodologi. Menurut Teguh, belum ada alat analisis yang solid untuk menilai dampak iklim terhadap aset negara. Padahal perubahan iklim bisa menurunkan nilai aset secara tiba-tiba.
Kesenjangan ketiga, lanjutnya, adalah koordinasi. Transformasi ekonomi menuju emisi nol bersih sangat kompleks, sehingga membutuhkan kolaborasi lintas lembaga dan keterlibatan daerah-daerah rentan iklim.
“Semua hal tersebut bertujuan untuk memastikan solusi yang berkeadilan dan sesuai konteks Indonesia,” tegas Teguh dalam sesi penutup diskusi.
KOMITMEN menjalankan empat tujuan strategis yang saling terkait:
1. Kerangka Makroekonomi dan Fiskal Tanggap Iklim. Pilar ini akan mengembangkan riset dan analisis mengenai kerangka makroekonomi dan fiskal yang tanggap dan secara eksplisit mengintegrasikan risiko iklim. Elemen penting pilar ini juga mencoba memahami dinamika politik ekonomi kebijakan perubahan iklim. Secara teknis, pilar ini akan melakukan permodelan makroekonomi untuk melengkapi upaya-upaya yang telah ada dengan mempertimbangkan kedua risiko perubahan iklim, yaitu risiko fisik dan transisi.
2. Metode Valuasi Aset Terdampak (Stranded Assets). Dalam pilar ini, UIII akan menyusun metodologi yang mampu menilai aset “berisiko” yang terdampak perubahan iklim (stranded asset) dan transisi energi. Aktivitas ini akan dilakukan melalui penelitian atas asset yang berisiko mengalami penurunan nilai secara tajam akibat perubahan iklim.
3. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building). Pilar ini bertujuan untuk membangun kapasitas para pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat dan daerah, dan akademisi dalam hal pemahaman isu-isu ekonomi iklim.
4. Kolaborasi antar Pemangku Kepentingan dengan memfasilitasi diskusi publik, penelitian kolaboratif, dan dialog kebijakan. Hal ini dilakukan untuk memastikan pendekatan dan kajian bersifat partisipatif dan inklusif.
Peluncuran inisiatif KOMITMEN oleh UIII menandai langkah penting dalam integrasi kebijakan ekonomi dengan upaya mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Dengan dukungan akademik dan internasional, program ini diharapkan memberi arah baru dalam penyusunan strategi fiskal yang adaptif terhadap krisis iklim.
Langkah UIII melalui KOMITMEN menunjukkan bahwa dunia pendidikan tinggi mampu mengambil peran nyata dalam mempengaruhi arah pembangunan nasional. Terutama dalam menciptakan kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di tengah tekanan global terhadap lingkungan.
Melalui pendekatan berbasis kolaborasi dan riset ilmiah, inisiatif ini menjadi wadah bagi pertukaran pengetahuan serta penyusunan kebijakan iklim yang berbasis keadilan. KOMITMEN menjadi simbol kemajuan pemikiran ekonomi Indonesia yang peduli terhadap masa depan bumi.(*)