Serang, EKOIN.CO – Gubernur Banten Andra Soni secara resmi meresmikan pabrik pestisida terbesar di Asia Tenggara milik PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) pada Rabu, 16 Juli 2025. Pabrik yang terletak di Kawasan Industri Modern Cikande, Kabupaten Serang, tersebut menjadi tonggak penting dalam pengembangan sektor agrokimia nasional.
Dalam sambutannya, Gubernur Andra Soni menyampaikan rasa bangga atas kehadiran industri besar di wilayahnya. “Saya sangat mendukung berdirinya pabrik ini dan merasa senang industri dapat tumbuh di Provinsi Banten, terlebih pabrik pestisida ini terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Banten juga berkomitmen untuk mempercepat proses perizinan agar investasi berjalan lebih mudah. Menurutnya, kelancaran investasi akan mendorong pembangunan ekonomi di daerah.
“Tugas kami di sini adalah memastikan bahwa investasi berjalan dengan baik dan kemudian proses-proses perizinan yang menyangkut kepada daerah-daerah itu harus kita permudah,” ungkap Andra.
Pabrik ini secara resmi mulai mengoperasikan lini produksi bahan baku pestisida jenis karbamasi. Fasilitas ini dibangun tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga menargetkan pasar ekspor yang sedang tumbuh.
Fasilitas Besar untuk Ketahanan Pangan
Pembangunan pabrik tersebut merupakan bagian dari program ketahanan pangan nasional. DGWG juga memperkuat posisinya di sektor hulu industri agrokimia dengan membidik pangsa pasar lokal dan internasional secara bersamaan.
Presiden Direktur PT DGWG, David Yaory, menegaskan bahwa peresmian pabrik ini merupakan bentuk kontribusi nyata perusahaan terhadap kemandirian industri agrokimia nasional. “Kami membangun fasilitas ini dengan visi jangka panjang, tidak hanya untuk melayani pasar dalam negeri, tetapi juga untuk pasar global yang prospektif,” tuturnya.
Berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektare, pabrik ini memiliki kapasitas produksi awal sebesar 2.000 metrik ton bahan aktif per tahun. Jika dikonversi, angka tersebut setara dengan sekitar 5.000 metrik ton produk pestisida jadi.
Pembangunan fasilitas ini dimulai pada November 2023 dan menelan investasi sekitar US$20 juta. Proyeksi pengembangan ke depan akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 15.000 metrik ton per tahun dalam kurun waktu tiga tahun.
“Target peningkatan ini akan menyesuaikan dengan permintaan pasar yang terus berkembang, baik dari dalam maupun luar negeri,” jelas David.
Industri Baru, Visi Panjang
Dengan beroperasinya fasilitas ini, DGWG secara resmi memasuki lini bisnis baru di bidang produksi bahan aktif agrokimia. Langkah ini telah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 23 Juni 2025.
Menurut David, kemampuan memproduksi bahan baku secara mandiri memberikan keuntungan strategis yang signifikan. Perusahaan kini dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku pestisida.
“Dengan kemampuan memproduksi bahan baku sendiri, kami dapat mengurangi ketergantungan impor, yang akan berdampak pada kestabilan harga dan ketersediaan produk berkualitas bagi petani,” katanya.
Pabrik ini juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan kapasitas ekspor Indonesia di sektor kimia pertanian. Selain itu, fasilitas ini memperkuat ekosistem industri hulu dan hilir di bidang agrokimia nasional.
Keberadaan pabrik ini juga menandai transformasi strategis perusahaan dari sekadar distributor menjadi produsen dengan kontrol penuh terhadap proses produksi.
Selama peresmian, berbagai pihak dari pemerintah daerah, mitra usaha, dan pemangku kepentingan industri turut hadir sebagai bentuk dukungan terhadap inisiatif ini.
Selain itu, fasilitas ini dilengkapi dengan sistem teknologi modern yang mendukung proses produksi yang efisien dan ramah lingkungan. Penggunaan teknologi ini dinilai krusial dalam menjaga daya saing produk di pasar global.
Secara umum, proyek ini menjadi model kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku industri dalam membangun ekonomi berbasis inovasi dan ketahanan nasional.
Saran bagi pemerintah daerah ke depan adalah untuk terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mengawal pembangunan industri strategis. Keterlibatan semua pihak, termasuk masyarakat dan lembaga pendidikan, dapat menjadi pendukung pertumbuhan industri yang berkelanjutan.
Perlu juga dikembangkan pelatihan vokasi dan teknologi tepat guna agar sumber daya manusia lokal dapat bersaing dan beradaptasi dengan kebutuhan industri modern seperti yang dijalankan DGWG.
Langkah Pemerintah Provinsi Banten dalam menyederhanakan proses perizinan perlu dijadikan contoh oleh daerah lain untuk menarik investasi strategis. Terlebih dalam konteks persaingan global, efisiensi birokrasi menjadi nilai tambah tersendiri.
Diharapkan, keberadaan pabrik ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga membawa nilai tambah bagi petani dan sektor pertanian nasional secara menyeluruh. Stabilitas harga, peningkatan produksi, dan akses terhadap produk berkualitas bisa lebih terjamin.
Kesimpulannya, peresmian pabrik pestisida PT DGWG di Banten merupakan langkah konkret dalam memperkuat ketahanan pangan dan kemandirian industri nasional. Keberadaan fasilitas produksi ini menjadi simbol bahwa Indonesia mampu bersaing dalam industri strategis di kancah internasional.
Kapasitas produksi yang besar, pengurangan impor, serta target pasar global menunjukkan kesiapan industri agrokimia Indonesia untuk bersaing secara kompetitif. Peran pemerintah dalam mendukung dan mempercepat perizinan menjadi kunci utama.
Ke depan, penting bagi seluruh pemangku kebijakan untuk menjaga momentum ini dengan mengedepankan kebijakan yang ramah investasi dan berbasis kepentingan jangka panjang.
Dukungan berkelanjutan terhadap sektor industri hulu akan menciptakan efek domino yang positif bagi pertumbuhan ekonomi, pengembangan teknologi, dan penciptaan lapangan kerja.
Dengan demikian, pembangunan pabrik ini bukan hanya tonggak sejarah untuk DGWG, tetapi juga untuk pertumbuhan industri nasional secara keseluruhan. (*)