Jakarta, EKOIN.CO – Yogyakarta, 11 Juli 2025 – Forum Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) diselenggarakan di Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Jumat (11/7). Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah PTN-BH seluruh Indonesia.
Diskusi tersebut menjadi ajang pemaparan program baru dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI yang bertajuk Kampus Berdampak. Program ini menitikberatkan pada transformasi peran perguruan tinggi sebagai motor pembangunan ekonomi.
Prof. Tjitjik Sri Tjahjandarie, Staf Khusus Kemendiktisaintek RI, menyampaikan bahwa inisiatif ini bukan untuk menggantikan program yang ada, melainkan memperkuat dengan menambahkan aspek keberlanjutan. “Bukan berarti konsep ini menghilangkan apa saja yang telah dirintis, tapi justru menambahkan aspek keberlanjutan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Tjitjik menjelaskan bahwa Kampus Berdampak memiliki tiga pilar utama. Pilar tersebut meliputi penguatan SDM unggul, pengembangan kampus sebagai pusat riset dan akselerator kebijakan strategis, serta peran perguruan tinggi sebagai simpul pertumbuhan ekonomi.
Dalam forum itu, para wakil rektor diminta merumuskan indikator capaian dari masing-masing pilar agar implementasi program dapat terukur dan berkelanjutan.
Pentingnya Kolaborasi dan Inklusivitas
Tjitjik juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas kampus dalam mewujudkan pemerataan akses pendidikan dan keberlanjutan antarwilayah. “Ini tidak mungkin sendirian dikerjakan kementerian, maka PTN yang sudah established ini harapannya bisa membantu perguruan tinggi lain untuk berkembang,” katanya.
Menurutnya, distribusi minat masyarakat terhadap pendidikan tinggi masih belum merata. Pulau Jawa tetap mendominasi, sedangkan perguruan tinggi di daerah belum diberdayakan secara optimal.
Padahal, lanjut Tjitjik, kemajuan sebuah kampus sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat, termasuk mahasiswa. Namun, beberapa perguruan tinggi daerah masih menghadapi tantangan besar dalam pembangunan sumber daya dan sarana pendukung.
Mentoring antar kampus selama ini belum cukup efektif untuk mengatasi persoalan tersebut. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah hambatan pendanaan, terutama bagi kampus di daerah berkembang.
“Bagaimanapun juga berkembang juga butuh biaya besar, ini yang seringkali sulit dilakukan meskipun ada mentoring. Kami mengusahakan agar Kampus Berdampak ini dapat meringankan hambatan tersebut,” imbuhnya.
Penguatan Sinergi dan Arah Baru Pendidikan Tinggi
Pertemuan Forum Wakil Rektor II PTN-BH kali ini menunjukkan kesadaran kolektif dalam membangun sinergi antarperguruan tinggi. Visi dan karakter kampus yang berbeda justru dianggap sebagai kekuatan dalam menciptakan pendidikan tinggi yang berkelanjutan.
Para peserta forum membahas isu strategis seperti tata kelola sumber daya, integrasi kebijakan riset, serta pengembangan SDM di lingkungan PTN-BH. Forum ini menjadi tonggak penting dalam arah baru kebijakan pendidikan tinggi nasional.
Kemendiktisaintek berharap Kampus Berdampak bukan hanya menjadi slogan, namun diterapkan dalam praktik dan mampu mengatasi ketimpangan antarwilayah pendidikan di Indonesia.
Dengan memperkuat kolaborasi, berbagi sumber daya, serta komitmen terhadap keberlanjutan, peran perguruan tinggi akan semakin relevan dalam menjawab tantangan global.
Program Kampus Berdampak menandai langkah strategis dalam memperluas peran perguruan tinggi di luar batas akademik. Perguruan tinggi dituntut berkontribusi nyata bagi masyarakat dan pembangunan ekonomi nasional secara inklusif.
Forum Wakil Rektor II PTN-BH menjadi momen penting untuk memperkuat jejaring antar kampus, khususnya dalam menghadapi tantangan keterbatasan sumber daya dan disparitas antarwilayah. Kemendiktisaintek menekankan pentingnya kolaborasi nyata dan penguatan indikator keberhasilan.
Diharapkan, konsep ini tidak hanya menjadi inisiatif pusat, tetapi mampu diadopsi secara mandiri oleh masing-masing kampus melalui inovasi, riset, dan kerja sama lintas sektor yang konkret dan berkelanjutan.(*)