Kuala Lumpur, EKOIN.CO – Amerika Serikat dan Malaysia resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama strategis di bidang energi nuklir sipil pada Kamis, 10 Juli 2025. Penandatanganan MoU dilakukan di Kuala Lumpur dan dihadiri langsung oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio serta Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kesepakatan ini menjadi momen penting dalam hubungan bilateral kedua negara, khususnya dalam sektor energi bersih dan pengembangan teknologi nuklir damai. Dalam sambutannya, Rubio menyebut perjanjian ini sebagai contoh nyata dari kerja sama nuklir sipil antarnegara yang bisa diandalkan.
Rubio menyatakan bahwa MoU ini memberi sinyal kepada dunia tentang cara membangun kerja sama nuklir sipil yang aman dan efektif. Ia juga menyebut Malaysia sebagai mitra strategis yang penting bagi Amerika Serikat dalam berbagai sektor.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan menyebut bahwa kerja sama ini akan membantu negaranya meningkatkan keamanan energi, pertumbuhan ekonomi, dan kapasitas dalam memanfaatkan energi nuklir secara aman dan bertanggung jawab.
Menurut Hasan, perjanjian tersebut menjadi bagian dari upaya Malaysia untuk membangun sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ia juga menyebut MoU ini sebagai bagian dari kemitraan komprehensif antara Malaysia dan Amerika Serikat yang terus diperkuat.
Rubio juga menyambut pernyataan Hasan terkait kesiapan Malaysia memulai negosiasi perjanjian 123 dengan Amerika Serikat. Perjanjian 123 merupakan dasar hukum yang memungkinkan kerja sama nuklir damai antarnegara.
MoU ini dianggap membuka jalan menuju kerja sama yang lebih dalam di bidang energi antara kedua negara, termasuk dalam hal transfer teknologi, pelatihan sumber daya manusia, dan pengembangan kapasitas nasional Malaysia.
Rusia Dukung Pengembangan Nuklir di Indonesia
Sementara itu, Indonesia menjalin pendekatan serupa dengan Rusia. Pada 19 Juni 2025, Presiden Prabowo Subianto mengunjungi Rusia dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Istana Constantin, St. Petersburg. Pertemuan itu membahas potensi kerja sama pengembangan nuklir damai.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan dalam konferensi pers bersama, Putin menegaskan bahwa Rusia siap membantu pengembangan proyek nuklir sipil di Indonesia, tidak hanya untuk energi, tetapi juga sektor pertanian dan kesehatan.
Putin menambahkan, Rusia membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam pemanfaatan teknologi nuklir yang tidak terbatas pada pembangkit energi, tetapi juga pada pelatihan sumber daya manusia serta aplikasi medis dan pertanian.
Menurut Putin, teknologi reaktor modular kecil atau Small Modular Reactor (SMR) bisa menjadi solusi efisien bagi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan energi dan pengembangan infrastruktur teknologi tinggi.
Dikutip dari Antara, pemerintah Indonesia saat ini masih mematangkan rencana kerja sama dengan Rusia dalam pembangunan SMR berkapasitas hingga 500 megawatt. Rencana ini masuk dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa kerja sama tersebut masih dalam tahap studi kelayakan. Ia menekankan pentingnya melakukan kajian mendalam sebelum proyek dilaksanakan agar semua aspek teknis dan regulasi bisa terpenuhi.
Airlangga menyatakan bahwa reaktor modular skala kecil dipandang lebih fleksibel dan efisien dibanding pembangkit konvensional. Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan pengembangan nuklir nasional yang aman dan berkelanjutan.
Studi kelayakan tersebut akan menjadi landasan penting bagi pembangunan sistem energi nuklir yang terstandarisasi dan berorientasi pada keselamatan publik serta keberlangsungan lingkungan.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama dengan negara-negara mitra dalam rangka pengembangan teknologi tinggi dan transisi menuju energi bersih yang ramah lingkungan.
Malaysia dan Indonesia kini sama-sama melangkah maju dalam pengembangan energi nuklir dengan menjalin kemitraan strategis bersama negara besar dunia. Kedua negara ASEAN ini tampak mulai mengalihkan perhatian pada pemanfaatan energi alternatif jangka panjang.
Langkah Malaysia bersama Amerika Serikat dan pendekatan Indonesia ke Rusia menjadi sinyal bahwa kawasan Asia Tenggara semakin serius mempertimbangkan energi nuklir sebagai salah satu solusi kebutuhan energi masa depan.
Perjanjian 123 antara Malaysia dan Amerika, serta feasibility study Indonesia bersama Rusia menunjukkan bahwa kerja sama antarnegara menjadi kunci dalam mewujudkan transformasi energi yang berkelanjutan dan aman.
Kehadiran Amerika dan Rusia di Asia Tenggara melalui kerja sama nuklir juga mencerminkan penguatan pengaruh geopolitik dan teknologi di kawasan yang selama ini dikenal sebagai kawasan non-nuklir secara militer.
Dalam konteks ini, penting bagi negara-negara ASEAN untuk menyusun kerangka regulasi bersama dalam pemanfaatan energi nuklir damai agar tetap menjunjung prinsip keamanan, non-proliferasi, dan keberlanjutan.
kerja sama nuklir antara Malaysia dan Amerika Serikat menunjukkan langkah nyata dalam pemanfaatan energi alternatif yang bersih dan aman. Dengan menandatangani MoU strategis, kedua negara membuka jalan bagi transformasi energi yang modern dan bertanggung jawab.
Di sisi lain, Indonesia melalui dialog dengan Rusia juga menunjukkan komitmen serupa, meski masih dalam tahap awal studi kelayakan. Pembangunan SMR menjadi opsi teknologi masa depan yang dinilai sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas nasional.
Langkah-langkah tersebut merefleksikan arah baru ASEAN dalam menjawab tantangan energi melalui kolaborasi teknologi tinggi dan penguatan mitra strategis global. Energi nuklir mulai dilirik sebagai bagian dari solusi berkelanjutan kawasan.
Dengan keterlibatan langsung pemimpin negara seperti Presiden Prabowo dan Presiden Putin, serta pernyataan terbuka dari Menlu Rubio dan Mohamad Hasan, kerja sama ini memperlihatkan pendekatan diplomasi energi yang aktif dan progresif.
Melalui kolaborasi ini, harapannya energi nuklir tidak hanya digunakan secara efisien, namun juga aman dan bertanggung jawab demi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan hidup.(*)