Jakarta, EKOIN.CO –
Gatal-gatal di kulit yang tidak kunjung sembuh sering kali dianggap sepele oleh sebagian masyarakat. Namun, kondisi tersebut sebenarnya bisa menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan serius yang memerlukan penanganan medis secara tepat dan cepat. Gatal kronis yang berlangsung lebih dari enam minggu harus segera diperiksakan ke dokter spesialis kulit.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut penjelasan dr. Siti Rahayu, SpKK dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), gatal yang menetap dan tak membaik dengan penggunaan obat topikal biasa bisa berasal dari berbagai penyebab. “Gatal kulit menahun dapat disebabkan oleh dermatitis atopik, psoriasis, infeksi jamur, atau bahkan masalah sistemik seperti gangguan liver dan ginjal,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Beragam Penyebab Gatal Menahun
Beberapa penyakit kulit seperti eksim, dermatitis kontak, dan urtikaria menjadi pemicu utama gatal berulang. Namun, gatal juga bisa menjadi gejala awal dari penyakit dalam seperti diabetes atau gangguan tiroid. Kondisi ini, jika tidak tertangani, bisa memicu luka terbuka akibat garukan berulang yang meningkatkan risiko infeksi.
Alergi terhadap makanan, bahan kimia, atau obat-obatan juga dapat menyebabkan gatal yang terus-menerus. Menurut dr. Siti Rahayu, dalam kasus alergi, identifikasi alergen menjadi langkah penting untuk mencegah kekambuhan. Selain itu, suhu ekstrem, stres, dan keringat berlebih juga dapat memperburuk rasa gatal.
Infeksi jamur pada kulit juga menjadi penyebab umum. Jamur dapat berkembang di area lembap seperti sela-sela jari kaki, lipatan paha, atau ketiak. Pengobatan yang tidak tuntas dapat membuat infeksi ini kambuh dan memperpanjang masa gatal.
Peran Pemeriksaan Medis dan Pengobatan Tepat
Pemeriksaan kulit secara menyeluruh dan tes penunjang seperti biopsi kulit atau tes darah diperlukan untuk mengetahui penyebab pasti. Dokter akan menyesuaikan terapi dengan diagnosis, bisa berupa obat antijamur, antihistamin, steroid topikal, atau bahkan terapi sistemik.
“Pasien sebaiknya tidak menggaruk area yang gatal karena dapat memperburuk kondisi kulit dan memicu infeksi sekunder,” tambah dr. Siti. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan tubuh dan menghindari pemicu iritasi kulit.
Dalam kasus tertentu, gatal disebabkan oleh kondisi neurologis seperti multiple sclerosis atau neuropati. Selain itu, gangguan mental seperti gangguan kecemasan juga bisa memicu sensasi gatal yang tidak berhubungan langsung dengan kondisi kulit.
Kebersihan lingkungan, pakaian yang digunakan, dan penggunaan deterjen atau sabun juga memengaruhi kondisi kulit. Penggunaan bahan yang terlalu keras dapat merusak lapisan pelindung kulit dan memicu iritasi.
Gatal juga sering kali dialami oleh penderita penyakit hati kronis, terutama mereka yang mengalami kolestasis. Rasa gatal ini disebabkan oleh penumpukan garam empedu di bawah kulit dan memerlukan pengobatan khusus.
Penanganan gatal juga melibatkan perubahan gaya hidup seperti menjaga kelembapan kulit dengan pelembap, menghindari mandi air panas, dan mengenakan pakaian berbahan lembut. Konsumsi air yang cukup juga dianjurkan untuk menjaga kelembapan kulit dari dalam.
Gatal pada anak-anak umumnya disebabkan oleh dermatitis atopik atau gigitan serangga. Sedangkan pada lansia, kulit yang menipis dan kering akibat usia membuat mereka lebih rentan mengalami gatal kronis.
Beberapa pasien dengan kanker tertentu juga mengalami gatal sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi atau akibat penyakit itu sendiri. Hal ini memerlukan koordinasi antara dokter kulit dan dokter onkologi.
Penting untuk membedakan gatal akibat faktor eksternal dengan gatal karena kondisi internal. Diagnosis yang tepat akan membantu menentukan pengobatan yang sesuai dan mempercepat pemulihan.
Tidak sedikit pasien yang menggunakan pengobatan tradisional tanpa konsultasi medis, padahal hal ini bisa memperparah iritasi atau menimbulkan efek samping. Diperlukan edukasi masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kulit secara rutin.
Sejumlah kasus gatal juga dipicu oleh tungau atau kutu yang tidak terlihat kasat mata. Kondisi ini memerlukan pemeriksaan mikroskopis untuk memastikan penyebab dan pengobatan.
Gatal juga bisa berkaitan dengan perubahan hormon, seperti yang terjadi pada ibu hamil atau wanita menopause. Penyesuaian terapi hormonal dapat membantu mengurangi gejala.
Penggunaan produk perawatan kulit yang tidak sesuai jenis kulit juga dapat memperburuk kondisi. Oleh karena itu, konsultasi dengan dermatolog sangat disarankan sebelum memilih produk.
dari berbagai kasus gatal menunjukkan pentingnya deteksi dini dan pemeriksaan menyeluruh. Gatal yang berlangsung lama tidak boleh diabaikan karena bisa jadi merupakan gejala penyakit yang lebih serius.
Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan kulit. Gatal yang berlangsung lebih dari enam minggu perlu mendapatkan perhatian serius, terutama jika tidak membaik dengan penanganan awal. Konsultasi dengan dokter spesialis kulit menjadi langkah pertama yang krusial dalam proses penyembuhan.
Memperhatikan kebersihan pribadi dan lingkungan dapat mencegah berbagai jenis penyakit kulit. Penggunaan sabun yang lembut, pakaian yang menyerap keringat, dan kebiasaan mandi yang benar sangat dianjurkan untuk menghindari iritasi.
Perubahan gaya hidup juga turut berperan dalam mengatasi masalah kulit kronis. Meningkatkan hidrasi tubuh, mengelola stres, serta menerapkan pola makan seimbang dapat membantu mencegah kekambuhan gatal.
Penggunaan obat sesuai anjuran dan pemahaman terhadap penyebab gatal sangat penting. Hindari penggunaan produk secara sembarangan yang justru dapat menimbulkan efek samping baru atau memperburuk kondisi yang ada.
Dengan langkah preventif dan pemeriksaan rutin, gatal kronis dapat dikendalikan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Penanganan sejak dini juga akan meningkatkan kualitas hidup penderita secara keseluruhan. (*)