Gaza, EKOIN.CO – Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, merayakan kehancuran wilayah Gaza dengan memublikasikan foto reruntuhan yang ditinggalkan agresi militer negaranya. Dalam unggahannya, ia menulis “Setelah Rafah, Beit Hanoon”, menandai dua lokasi di Gaza yang kini menjadi puing akibat invasi pasukan Zionis.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut laporan media regional, Rafah, kota paling selatan di Gaza yang berbatasan dengan Mesir, telah hampir seluruhnya rata dengan tanah oleh serangan udara dan darat militer Israel. Di sisi lain, Beit Hanoon, sebuah kota besar di bagian utara wilayah kantong tersebut, sedang dikepung ketat.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran atas nasib warga sipil. Dalam pernyataannya, otoritas Israel dilaporkan tengah menyusun rencana untuk mengungsikan sebagian besar warga Palestina dari Gaza utara. Mereka akan dipindahkan ke kamp konsentrasi yang akan dibangun di atas reruntuhan Rafah.
Rencana tersebut memicu kecaman dari sejumlah kelompok kemanusiaan internasional. Mereka menyebut langkah itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan bentuk pemindahan paksa warga sipil.
Perlawanan Al Qassam Terus Berlanjut
Di tengah kehancuran yang terus berlangsung, Brigade Al Qassam, sayap bersenjata dari Hamas, melaporkan telah melakukan serangkaian serangan terhadap kendaraan militer Israel. Aksi tersebut terjadi dalam beberapa hari terakhir di lingkungan Zeitoun, yang berada di Kota Gaza.
Menurut pernyataan Al Qassam seperti dikutip dari sumber lokal, serangan itu berhasil menghancurkan setidaknya satu unit tank Zionis. Laporan ini memperkuat posisi Hamas dalam perlawanan terhadap agresi yang terus berlangsung sejak Oktober tahun lalu.
Meski tidak ada rincian pasti soal jumlah korban dari pihak Israel, klaim keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa kelompok perlawanan Palestina masih aktif dan mampu melakukan serangan balik.
Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Israel memang terus menggencarkan operasi di Kota Gaza dan sekitarnya. Namun, perlawanan dari kelompok bersenjata Palestina tampaknya tidak surut.
Kondisi Sipil Makin Memburuk
Sementara itu, warga sipil Gaza menghadapi kondisi hidup yang semakin memprihatinkan. Dengan rusaknya infrastruktur dan minimnya akses bantuan kemanusiaan, mereka terjebak dalam situasi yang sangat kritis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga bantuan internasional lainnya melaporkan bahwa kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, dan obat-obatan sangat sulit diperoleh.
Lebih dari 1,5 juta warga Gaza kini terusir dari rumah mereka dan hidup dalam tenda-tenda darurat. Laporan terakhir menyebutkan bahwa tempat penampungan telah melebihi kapasitas dan kekurangan fasilitas sanitasi.
Situasi ini diperparah oleh pemutusan akses ke layanan kesehatan, listrik, dan bahan bakar. Rumah sakit kewalahan merawat korban yang terus berdatangan setiap harinya.
Di tengah krisis ini, komunitas internasional kembali menyerukan gencatan senjata segera serta akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke wilayah konflik.
Israel sendiri belum memberikan komentar resmi atas klaim keberhasilan serangan dari pihak Hamas maupun tuduhan soal pembangunan kamp konsentrasi.
Namun demikian, situasi yang berlangsung menunjukkan bahwa jalur diplomatik untuk menghentikan konflik masih sangat buntu.
Sementara itu, organisasi HAM dan negara-negara Arab terus mendesak Dewan Keamanan PBB untuk bertindak lebih tegas terhadap tindakan Israel di Gaza.
Tekanan terhadap Israel juga datang dari kalangan masyarakat sipil dunia, termasuk melalui aksi protes dan kampanye boikot produk yang terkait dengan dukungan terhadap agresi militer tersebut.
Di media sosial, unggahan Menhan Israel Israel Katz juga menuai reaksi keras, termasuk dari kelompok advokasi HAM yang menilai hal tersebut tidak etis.
Kondisi Gaza hari ini menjadi gambaran paling suram dari konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Konflik ini memunculkan dampak psikologis mendalam, terutama bagi anak-anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan tanpa perlindungan.
dari situasi ini menunjukkan bahwa perang tidak pernah memberikan ruang bagi keadilan atau penyelesaian damai, melainkan hanya meninggalkan luka dan kehancuran.
Upaya solusi damai tetap menjadi kebutuhan utama, terutama demi keselamatan jutaan warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik bersenjata ini.
Perlu adanya dorongan kuat dari komunitas internasional agar kekerasan dihentikan dan proses politik kembali menjadi jalur utama penyelesaian masalah.
Masyarakat dunia perlu lebih aktif memberikan tekanan kepada pemimpin global untuk memprioritaskan penyelamatan warga sipil dan penghentian blokade.
Kesadaran global atas tragedi kemanusiaan di Gaza harus terus dibangun agar tidak terjadi normalisasi atas kekerasan yang berkepanjangan.
dari perkembangan ini menegaskan pentingnya keterlibatan langsung lembaga internasional dalam mediasi konflik dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Negara-negara di kawasan Timur Tengah juga diharapkan mengambil peran lebih aktif untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya.
Pendidikan perdamaian perlu diperkuat di semua tingkatan untuk mencegah kebencian berlanjut ke generasi berikutnya.
Lembaga media global perlu menjaga etika dalam pemberitaan dengan menyoroti penderitaan warga sipil secara proporsional dan berimbang.
Komunitas muslim internasional juga dapat memperkuat solidaritas melalui aksi kemanusiaan dan bantuan nyata bagi korban agresi di Gaza.
(*)