BEKASI, EKOIN.CO- Sekolah Rakyat akan resmi dimulai pada 14 Juli 2025, mengusung sistem berasrama yang memungkinkan siswa tinggal dan belajar dalam satu lingkungan.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menegaskan, orang tua siswa tetap diperbolehkan menjenguk kapan saja tanpa batas waktu.
Pernyataan itu disampaikannya saat berdialog dengan para orang tua dalam kegiatan simulasi Sekolah Rakyat di Sentra Terpadu Pangudi Luhur, Bekasi, Rabu (9/7/2025).
Menurut Gus Ipul, kepala sekolah wajib menyediakan tempat dan fasilitas bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya di asrama.
“Tentu ini harapan kita, berkunjungnya tidak saat jam sekolah,” tambahnya saat berdiri di hadapan puluhan orang tua siswa.
Dialog Langsung dengan Warga
Pada kesempatan tersebut, Gus Ipul secara langsung berbincang dengan para orang tua siswa yang hadir di lokasi.
Ia menanyakan kondisi keluarga sebagai bentuk verifikasi dan pendalaman data peserta didik Sekolah Rakyat.
“Pertama kami tentu bertanya tentang kondisi keluarganya,” jelas Gus Ipul kepada para jurnalis yang hadir.
Syarat utama untuk mengikuti Sekolah Rakyat adalah berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi rentan atau miskin ekstrem.
“Yang kedua, tentu kesediaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Sekolah Rakyat,” sambungnya.
Kisah Sariman dari Bantargebang
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul berdialog dengan Sariman Taufik, warga Bantargebang, yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung.
Sariman tinggal bersama istri dan ketiga anaknya di sebuah gubuk kecil yang ia sewa dengan biaya Rp600 ribu per tahun.
“Penghasilannya bapak berapa?” tanya Gus Ipul dengan nada prihatin.
“Gak nentu, kadang Rp50 ribu, kadang Rp70 ribu,” jawab Sariman polos.
Anaknya, Ahmad Hariyadi, menjadi salah satu siswa di Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Pangudi Luhur.
Harapan Orang Tua bagi Masa Depan Anak
Dengan suara terbata, Sariman mengungkapkan harapannya agar anaknya bisa membantu keluarga suatu saat nanti.
“Harapannya (anak) bisa membantu orang tua,” ujar Sariman, matanya berkaca-kaca.
Ia pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas kesempatan yang diberikan untuk anaknya.
“Terima kasih atas program SR, kepada Mensos dan Bapak Presiden Prabowo,” ucapnya lirih.
Gus Ipul pun menegaskan kembali bahwa keluarga seperti Sariman lah yang menjadi sasaran utama program ini.
“Inilah profil mereka yang sekolah di Sekolah Rakyat,” terang Gus Ipul kepada media.
Tujuan dan Cakupan Program
Gus Ipul menambahkan bahwa anak-anak dari keluarga seperti Sariman berisiko besar tidak dapat melanjutkan pendidikan.
“Bahkan mereka tidak bisa bersekolah jika tidak dibantu,” ujarnya.
Program Sekolah Rakyat ditujukan untuk anak-anak dari Desil 1 dan 2, yaitu kelompok ekonomi terbawah.
Data itu diambil berdasarkan pemetaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekstrem Nasional (DTSEN).
Program ini juga menjadi bagian dari strategi nasional untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Awal Pelaksanaan di 100 Lokasi
Pada tahun ajaran 2025/2026, Sekolah Rakyat akan dilaksanakan di 100 titik rintisan di berbagai daerah Indonesia.
Sebanyak 63 titik dijadwalkan memulai masa matrikulasi pada 14 Juli 2025 mendatang.
Sementara itu, 37 titik lainnya akan menyusul memulai kegiatan pada akhir Juli 2025.
Program ini mencakup jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA secara berasrama dan sepenuhnya gratis.
Anak-anak tidak hanya mendapatkan pendidikan, tetapi juga asupan gizi, bimbingan karakter, dan pembinaan.
Konsep Berasrama dan Keluarga
Sekolah Rakyat mengusung konsep tinggal bersama dalam asrama agar siswa lebih fokus pada pendidikan.
Namun demikian, pendekatan kekeluargaan tetap dikedepankan dalam sistem pengelolaannya.
Namun demikian, pendekatan kekeluargaan tetap dikedepankan dalam sistem pengelolaannya.
Hal ini terlihat dari kebijakan bebas kunjungan orang tua tanpa batasan waktu.
“Sesuai arahan Presiden, orang tua kapanpun boleh melihat, boleh menjenguk putra-putrinya,” ujar Gus Ipul.
Kepala sekolah pun diminta menyiapkan ruang kunjungan dan tempat yang nyaman untuk menyambut keluarga siswa.
Fokus pada Anak dari Keluarga Rentan
Sasaran utama Sekolah Rakyat adalah anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem yang rentan putus sekolah.
Kondisi seperti yang dialami Sariman dan keluarga menjadi contoh nyata dari profil penerima manfaat.
Kementerian Sosial melakukan verifikasi data melalui pendekatan langsung dan wawancara dengan keluarga.
Kebijakan ini menjadikan pendidikan sebagai hak dasar, bukan sekadar peluang yang eksklusif.
“Putra-putrinya ini berpotensi tidak bisa meneruskan sekolah,” ucap Gus Ipul menegaskan.
Dukungan dari Pemerintah Pusat
Program ini merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto yang memprioritaskan pengentasan kemiskinan lewat pendidikan.
Langkah ini dianggap sebagai bentuk intervensi sosial melalui jalur formal dan terstruktur.
Kementerian Sosial berperan sebagai penyelenggara dan pelaksana teknis dalam rekrutmen dan pengelolaan.
Seperti dikutip dari siaran resmi Kemensos, Sekolah Rakyat disiapkan secara bertahap dengan skema jangka panjang.
Dengan konsep inklusif, setiap anak dari keluarga tidak mampu diberi kesempatan setara.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di :
https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v