Jakarta EKOIN.CO – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa tingkat kemacetan di ibu kota terus mengalami penurunan signifikan. Hal ini ia sampaikan berdasarkan hasil survei dari penyedia data lalu lintas global, Tomtom, yang memperlihatkan perubahan peringkat kota-kota termacet di Indonesia tahun 2025.
Dikutip Jumat (4/7/2025), Pramono menyebut Jakarta kini berada di posisi kelima kota termacet se-Indonesia, turun dari posisi pertama yang sebelumnya disandang pada tahun 2023. “Sekarang nomor satu Bandung, nomor dua Medan, nomor tiga Palembang, nomor empat Surabaya, lima Jakarta,” ungkapnya di kawasan Jakarta Pusat.
Penurunan tingkat kemacetan ini diklaim berkat peningkatan layanan transportasi umum. Pramono menyoroti kehadiran layanan Transjabodetabek sebagai salah satu faktor penting yang mendukung penurunan kepadatan lalu lintas di ibu kota.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mengevaluasi kemungkinan penambahan rute Transjabodetabek. Fokus utama evaluasi tersebut adalah pada rute-rute yang memiliki kepadatan tinggi dan permintaan besar dari masyarakat pengguna.
Pramono menekankan pentingnya konektivitas antarkota dan daerah penyangga menuju Jakarta. Menurutnya, koneksi transportasi yang baik akan mendorong lebih banyak masyarakat untuk beralih ke transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi.
Transportasi Publik Dinilai Efektif Kurangi Kemacetan
Target penggunaan transportasi umum di Jakarta juga menjadi perhatian serius pemerintah. Saat ini, penggunaan transportasi umum baru mencapai 21 persen dari total mobilitas warga, namun Pramono mentargetkan peningkatan hingga di atas 31 persen pada akhir tahun 2025.
“Walaupun konektivitas kita sebenarnya sudah 91 persen, tapi belum digunakan secara maksimal. Saya mentargetkan dengan Dirut Transjakarta, mudah-mudahan di akhir tahun ini bisa di atas 31 persen,” kata Pramono.
Berdasarkan data Pemprov DKI, jumlah penumpang Transjakarta mengalami lonjakan dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 2024, tercatat 371,4 juta penumpang, meningkat dari 285 juta pada 2023 dan 191 juta pada 2022.
Pramono menyampaikan, peningkatan ini menjadi indikator bahwa warga semakin nyaman menggunakan transportasi umum. Ia juga menyebutkan bahwa fasilitas Transjakarta dan Transjabodetabek kini bersih, rapi, dan nyaman, serta dapat bersaing dengan transportasi umum di negara lain.
“Semua yang sudah naik itu memberikan apresiasi karena bersih, rapi, nyaman dan dibandingkan dengan negara-negara manapun sebenarnya kita sudah tidak kalah di transportasi publik untuk menggunakan busnya,” tuturnya.
Rute Padat Jadi Prioritas Pengembangan
Meski demikian, Pramono mengakui konektivitas antarwilayah di Jakarta dan sekitarnya belum merata. Oleh karena itu, Pemprov DKI akan terus menambah rute baru, terutama ke daerah penyangga seperti Bekasi dan Tangerang.
Ia mencontohkan wilayah Bekasi yang dinilai sebagai penyumbang pergerakan komuter harian terbesar menuju Jakarta. Rute Transjabodetabek ke wilayah ini menjadi salah satu prioritas utama untuk dikembangkan lebih lanjut.
“Kami sungguh berharap mudah-mudahan warga Bekasi dengan adanya banyak alternatif ini termasuk nanti KRL ke jantung kota, ke Tanah Abang, mudah-mudahan ini akan membuat orang mau dan bersedia untuk naik transportasi publik,” jelasnya.
Pramono berharap, dengan penambahan rute dan fasilitas yang semakin lengkap, kepercayaan masyarakat terhadap transportasi umum meningkat. Ia menekankan bahwa perubahan perilaku masyarakat akan menjadi kunci dalam mengurangi kemacetan.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa upaya penurunan kemacetan juga akan dikawal oleh perencanaan detail dan evaluasi berkala dari Pemprov DKI. Hal ini guna memastikan bahwa setiap kebijakan transportasi berjalan sesuai harapan.
Pemerintah juga akan menggandeng berbagai pihak, termasuk operator transportasi dan masyarakat, untuk bersama-sama mendukung transformasi sistem mobilitas di Jakarta.
Jika target peningkatan pengguna transportasi umum tercapai, maka potensi pengurangan kendaraan pribadi di jalan raya diperkirakan signifikan. Ini diyakini akan berdampak langsung pada pengurangan kemacetan di masa mendatang.
Kepala daerah ibu kota itu optimistis bahwa dengan strategi terpadu, Jakarta dapat terus bergerak menuju kota yang lebih tertib, efisien, dan ramah lingkungan dalam hal transportasi.
Selain menambah rute, pendekatan integratif antar moda juga akan terus ditingkatkan. Hal ini termasuk penyambungan jalur antarmoda seperti bus, MRT, KRL, dan LRT agar warga bisa berpindah dengan mudah.
Pemerintah juga terus memonitor efektivitas rute-rute baru dengan basis data dan masukan langsung dari masyarakat pengguna transportasi umum. Sistem umpan balik ini akan dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan.
Sebagai tindak lanjut, Pemprov akan melibatkan lembaga riset dan akademisi dalam merancang sistem transportasi yang adaptif terhadap kebutuhan masa depan Jakarta sebagai kota global.
Dengan pendekatan partisipatif, diharapkan setiap kebijakan transportasi bukan hanya bersifat top-down tetapi juga responsif terhadap dinamika sosial dan mobilitas masyarakat Jakarta.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
bagi warga dan pemerintah adalah terus meningkatkan penggunaan transportasi umum demi mengurangi kemacetan yang kerap menghambat aktivitas harian. Beralih ke transportasi publik tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan.
Upaya meningkatkan konektivitas harus diimbangi dengan peningkatan kenyamanan dan keandalan layanan. Pemerintah perlu menjaga kualitas infrastruktur dan layanan agar masyarakat tetap percaya dan nyaman menggunakannya.
Warga juga didorong untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah mengenai kebutuhan transportasi yang belum terlayani. Partisipasi aktif publik dapat mempercepat perbaikan sistem transportasi secara menyeluruh.
Dengan komitmen kuat dari pemerintah dan dukungan masyarakat, transformasi transportasi di Jakarta diyakini bisa tercapai. Jakarta bisa menjadi contoh kota besar yang berhasil mengatasi kemacetan melalui solusi berkelanjutan.
Keseluruhan langkah ini akan memberikan dampak jangka panjang dalam membentuk Jakarta sebagai kota modern dengan sistem transportasi yang efisien, inklusif, dan ramah bagi semua lapisan masyarakat. (*)