Jakarta, EKOIN.CO – Kehadiran kapal perang HMS Richmond milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, sejak Selasa (25/6), menjadi bagian dari rangkaian misi diplomasi pertahanan Inggris di Asia Pasifik. Kunjungan tersebut dimanfaatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mempererat kerja sama strategis di bidang teknologi militer dan riset kelautan.
HMS Richmond, kapal frigate Type 23, dijadwalkan bersandar hingga 1 Juli 2025. Kapal ini dikenal karena kemampuannya dalam berbagai misi pertahanan, termasuk deteksi bawah laut, pengawalan, dan anti-kapal selam. Kapal tersebut turut mendampingi HMS Prince of Wales, kapal induk utama Inggris.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar, menegaskan bahwa kunjungan ini menjadi momentum penting dalam mendorong alih teknologi di sektor pertahanan. “HMS Richmond termasuk kapal multifungsi dengan sistem sonar dan helikopter anti-kapal selam canggih,” ujarnya, Kamis (26/6).
Cuk hadir dalam kunjungan kehormatan bersama Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN, Nugroho Dwi Hananto. Mereka meninjau langsung berbagai sistem pertahanan yang terpasang di kapal tersebut, termasuk sistem komando, pelacak musuh, hingga propulsi.
Komandan HMS Richmond, Commander Richard Kemp, menyatakan bahwa kehadiran kapal ini merupakan bentuk komitmen Inggris untuk memperkuat hubungan diplomatik, pertahanan, dan ekonomi dengan Indonesia. Ia berharap ada sinergi jangka panjang antara kedua negara.
Potensi Alih Teknologi
BRIN menyoroti bahwa sistem pertahanan kapal ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan alutsista nasional. “Kapabilitas kapal ini cocok dijadikan referensi untuk sistem pertahanan laut kita ke depan,” kata Cuk.
Ia menilai bahwa sistem persenjataan HMS Richmond dirancang untuk menghadapi serangan dari berbagai arah. Menurutnya, kapal tersebut bisa menjadi sumber pembelajaran dalam mengembangkan desain kapal perang nasional.
Selain sistem tempurnya, Cuk juga menyoroti peluang kolaborasi antara industri pertahanan Inggris dan Indonesia. Ia menyebut beberapa perusahaan Inggris telah menjalin kerja sama terbatas dengan mitra lokal.
“Ini saatnya kita dorong kerja sama lebih jauh, terutama dalam alih teknologi komponen penting kapal perang,” tambahnya. BRIN akan memfasilitasi sinergi riset antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk memperkuat manufaktur pertahanan dalam negeri.
Ia menekankan bahwa tujuan akhirnya adalah mendorong kemandirian produksi komponen strategis di dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada pasokan luar negeri.
Irisan Teknologi Sipil dan Militer
Direktur Nugroho Dwi Hananto menyampaikan bahwa teknologi sonar yang digunakan HMS Richmond memiliki kesamaan dengan peralatan riset kelautan BRIN. “Kami berdiskusi dengan kru kapal, dan teknologi sonar mereka serupa dengan yang kami pakai,” ujarnya.
Nugroho menjelaskan bahwa sonar tersebut penting dalam riset oseanografi, seperti pemetaan dasar laut dan studi kolom air. Walau tujuannya berbeda, kesamaan teknologi tersebut membuka peluang sinergi antar sektor.
BRIN juga tengah mengembangkan dua kapal riset baru, yakni Penjelajah Samudera dan Penjelajah Pesisir. Keduanya dirancang multifungsi untuk menjawab kebutuhan riset laut dalam dan wilayah pesisir.
Kapal Penjelajah Samudera akan difokuskan pada eksplorasi perairan dalam, sedangkan Penjelajah Pesisir untuk penelitian di teluk, muara, dan paparan benua. Ukuran dan fungsi kapal disesuaikan dengan tantangan wilayah perairan Indonesia.
“Dua kapal ini akan memperkuat infrastruktur riset kelautan nasional kita agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman,” ucap Nugroho. Selain itu, dalam kunjungan tersebut, beberapa perusahaan pertahanan Inggris memamerkan teknologinya.
Pameran Industri Pertahanan
Perusahaan besar seperti BAE System dan Thales turut hadir dalam pameran terbatas di atas HMS Richmond. Mereka memperlihatkan sejumlah produk unggulan yang relevan dengan kebutuhan pertahanan dan riset kelautan.
Pameran ini juga menjadi ajang pertukaran informasi antara pelaku industri Inggris dan mitra Indonesia. BRIN berharap kegiatan serupa bisa terus dilakukan secara berkala untuk memperluas wawasan dan mempererat jaringan kerja sama.
Kerja sama strategis di bidang pertahanan ini menjadi bagian dari diplomasi teknologi dan ekonomi Inggris di kawasan Asia Tenggara. Kunjungan kapal ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga membawa dampak teknis bagi pengembangan teknologi nasional.
Kehadiran HMS Richmond di Jakarta pun mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan, termasuk perwakilan lembaga riset dan pertahanan. Mereka menilai, kegiatan ini mampu meningkatkan pemahaman tentang teknologi pertahanan modern dan aplikasinya.
Selain itu, kunjungan ini menandai era baru dalam diplomasi pertahanan antara Inggris dan Indonesia yang berbasis pada teknologi, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.
Kunjungan HMS Richmond ke Jakarta menjadi tonggak penting dalam membangun hubungan pertahanan strategis antara Indonesia dan Inggris. Bukan hanya seremoni diplomatik, kehadiran kapal perang ini membuka ruang diskusi konkret mengenai teknologi pertahanan dan kolaborasi riset.
BRIN sebagai lembaga riset nasional memanfaatkan momen ini untuk menjajaki potensi alih teknologi serta memperkuat posisi Indonesia dalam pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Komitmen BRIN untuk menghadirkan kapal riset baru juga menjadi bukti serius dalam memperkuat kapasitas nasional.
Dengan kesamaan teknologi antara kapal perang dan kapal riset, serta keterlibatan aktif industri Inggris dalam pameran, peluang kerja sama antar kedua negara sangat terbuka. Sinergi ini diharapkan dapat mendorong kemajuan riset maritim dan pertahanan Indonesia ke level yang lebih tinggi.(*)