Jakarta, Ekoin.co – Perdagangan ekspor batu bara Indonesia kini menghadapi tekanan dari pasar dunia. Penurunan harga global membuat devisa dari sektor ini terancam berkurang.
Penurunan harga tersebut membuat negara pembeli utama seperti China dan India mulai mempertimbangkan ulang impor mereka. Kedua negara ini kini melirik batu bara dengan kalori tinggi karena harga globalnya turun.
Di sisi lain, batu bara Indonesia umumnya berkalori rendah, sehingga terancam ditinggalkan pasar utama. China dan India menjadi konsumen terbesar batu bara Indonesia selama ini.
Data terbaru menunjukkan bahwa pembelian batu bara dari Indonesia oleh China dan India menurun lebih cepat. Penurunan ini lebih cepat dibanding penurunan total impor batu bara termal kedua negara.
China dan India kini beralih pada batu bara dengan calorific value (CV) tinggi. Batu bara dengan CV tinggi memberikan energi lebih besar per ton.
Vasudev Pamnani, Direktur di I-Energy Natural Resources India, mengatakan situasi ini terjadi karena efisiensi. “Batu bara berkalori tinggi memang lebih mahal, tetapi menghasilkan lebih banyak energi untuk setiap dolar yang dibelanjakan pada harga saat ini,” kata Vasudev kepada Reuters pada Minggu (29/6/2025).
Ia juga menjelaskan satu juta ton batu bara CV tinggi bisa menggantikan 1,2 hingga 1,5 juta ton batu bara Indonesia. Dengan demikian, konsumen lebih mengutamakan batu bara berkalori tinggi untuk efisiensi biaya.
Di China, batu bara termal dari Indonesia dengan kalori sedang hingga rendah kini menghadapi persaingan ketat. Batu bara asal Rusia menawarkan harga diskon dengan kualitas serupa.
Zhiyuan Li, analis dari Kpler, menyampaikan bahwa hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Ia menekankan bahwa kondisi pasar global kini menuntut penyesuaian cepat.
Pasokan batu bara global juga bertambah dengan adanya diskon harga dari Rusia. Transisi ke batu bara CV tinggi oleh China dan India akan mempengaruhi posisi Indonesia di pasar global.