Bekasi EKOIN.CO – Hujan deras semalaman telah memicu banjir parah yang melanda wilayah sekitar Sungai Chama, menyebabkan genangan meluas di sejumlah kawasan. Kejadian ini membuat warga terpaksa mengungsi dan menyelamatkan diri dari derasnya arus air. Menurut laporan, meluapnya sungai tersebut telah menghancurkan infrastruktur lokal dan membawa dampak signifikan bagi masyarakat.
Ketinggian air dilaporkan mencapai 1–2 meter di pusat permukiman, memaksa sekitar 270 keluarga untuk dievakuasi sementara. Jalur transportasi dan akses jalan terganggu, dengan beberapa ruas mengalami kerusakan parah akibat arus kencang
Petugas SAR dan tim BPBD dikerahkan sejak pagi untuk membantu evakuasi dan memberikan bantuan. Sejumlah warga terlihat berusaha menyelamatkan dokumen penting dan harta benda, sementara anak-anak dan lansia menjadi prioritas evakuasi.
Banjir ini menciptakan situasi darurat, terutama di RT 03 dan RT 05, di mana genangan air merendam dapur rumah warga. Arus deras bahkan membalikkan kendaraan roda dua dan merusak pagar rumah.
Sungai Chama, yang menjadi sumber air utama, meluap secara tiba-tiba setelah intensitas hujan mencapai puncaknya pada dini hari. Kondisi ini memaksa warga keluar rumah dan mencari tempat yang lebih tinggi untuk berlindung.
Warga terdampak mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan logistik suplai makanan. Seorang relawan dari BPBD menyatakan, “Kami berusaha mengutamakan keselamatan warga. Saat ini fokus pada penyelamatan dan penyaluran bantuan,” ujarnya di lokasi.
Beberapa posko darurat didirikan di masjid dan sekolah terdekat guna menampung warga yang mengungsi. Relawan juga mendata kebutuhan keluarga, seperti selimut, makanan instan, dan air minum.
Evakuasi dilakukan menggunakan perahu karet dan peralatan penyelamat lainnya. Tim medis memastikan warga yang rentan mendapatkan penanganan, meskipun belum tercatat adanya korban luka serius.
Para tokoh masyarakat lokal turut turun tangan, membantu logistik dan koordinasi antar-rw. “Kita harus bersama-sama menjaga warga dari ancaman banjir ini,” kata salah satu ketua RW, Serli.
Tim BPBD masih terus memantau permukaan air dan bekerjasama dengan instansi terkait, seperti TNI dan Polri, guna menjamin evakuasi berjalan lancar.
Jalan utama di sekitar sungai mengalami kerusakan cukup parah. Aspal terkelupas dan beton ambrol, memaksa sejumlah kendaraan besar dialihkan ke jalur alternatif. Laporan awal menyebutkan, sebuah jembatan kecil mengalami retakan akibat tekanan air.
Angkutan umum banyak yang dibatalkan atau dialihkan sementara. Warga yang harus bekerja jauh diakar dari dampak komunikasi dan mobilitas yang terbatas.
Kerusakan jaringan listrik turut terjadi, dengan beberapa gardu distribusi tergenang. PLN setempat menonaktifkan sementara aliran listrik di beberapa titik guna mencegah risiko korsleting.
Pasokan air bersih juga terganggu. PDAM setempat menyampaikan potensi penurunan debit air, sehingga distribusi harus dijadwalkan ulang untuk memastikan layanan tetap tersedia.
Perusahaan telekomunikasi juga bersiaga menangani gangguan sinyal akibat cuaca ekstrem dan kerusakan menara jaringan.
Curah hujan semalam menyisakan ancaman tambahan berupa tanah longsor di perbukitan sekitar. Badan Geologi setempat telah mengeluarkan status siaga untuk daerah rawan sejak pagi.
Pemasangan tenda peringatan dini dilakukan di beberapa titik strategis. Alat sensor tanah dan hujan juga dipasang untuk memantau potensi pergerakan tanah, sehingga warga dapat cepat diberi peringatan jika kondisi memburuk.
Tim mitigasi bencana merekomendasikan warga untuk siaga dan menghindari area dekat aliran sungai dan tebing. Gerakan relokasi warga menjadi wacana jangka panjang.
Selain itu, upaya normalisasi Sungai Chama akan dilakukan setelah banjir surut. Pembersihan kanal dan penguatan tanggul menjadi prioritas guna mengurangi risiko di masa depan.
Pemerintah kota setempat mengerahkan bantuan berupa logistik, perahu penyelamat, alas tidur, dan kebutuhan dasar. Kementerian Sosial juga turut menyalurkan bantuan serupa untuk mempercepat pemulihan pasca-banjir.
Bantuan dari organisasi non-pemerintah seperti PMI dan Dompet Dhuafa hadir memberi dukungan medis, psikologis, dan pangan bagi warga terdampak.
Sejumlah perusahaan lokal menyumbangkan air mineral, makanan siap saji, dan perlengkapan kebersihan untuk posko pengungsian. Hal ini memperkuat sinergi antar-aktor dalam penanganan darurat.
Media lokal terus menyiarkan perkembangan kondisi terkini. Laporan langsung dari lapangan membantu publik mengetahui situasi dan mendorong perhatian lebih dari masyarakat luas.
Palang Merah Indonesia (PMI) menfokuskan upaya pada pengobatan luka ringan dan kebersihan sanitasi agar risiko penyakit pascabanjir minimal.
Penempatan tim medis dan psikolog di posko diharapkan membantu warga pulih secara fisik dan mental dari pengalaman traumatis.
Saran dan Kesimpulan:
Warga hendaknya selalu mengikuti informasi resmi dari BPBD atau instansi berwenang terkait kondisi banjir dan potensi cuaca ekstrem berikutnya. Tepat dalam menyiapkan dokumen penting dan barang-barang berharga di tempat yang aman dapat meminimalkan kerugian. Normalisasi sungai dan peningkatan infrastruktur pengendali air harus menjadi prioritas jangka panjang agar kejadian serupa tidak terulang. Kolaborasi antara pemerintah, relawan, dan masyarakat terbukti efektif dalam menghadapi situasi darurat seperti ini, dan perlu terus dipererat serta diperluas. Edukasi kepada masyarakat mengenai evakuasi dan kesiapsiagaan bencana harus terus ditingkatkan agar lebih siap menghadapi potensi bencana alam. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v