Jakarta, EKOIN.CO – Di tengah derasnya geliat pembangunan transportasi nasional, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menggelar forum bertajuk Community of Practice (CoP) Kereta Cepat Merah Putih. Forum ini bertempat di Jakarta dan dihadiri berbagai pemangku kepentingan strategis.
Forum ini menghadirkan narasumber kunci seperti Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (MASKA), Dr. Ir. Hermanto Dwiatmoko, M.Sc., IPU, ASEAN Eng yang sekaligus menjadi moderator. Turut hadir pula Direktur Sarana Perkeretaapian Kemenhub, Pandu Yunianto.
Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, menekankan pentingnya riset transformasional dalam membangun kemandirian teknologi transportasi. Menurutnya, LPDP telah mengalokasikan Rp39 miliar untuk mendanai riset dari 19 tim perguruan tinggi di Indonesia.
“Kereta Cepat Merah Putih (KCMP) bukan sekadar proyek infrastruktur. Ini simbol kemandirian teknologi nasional,” ujar Ayom dalam sambutannya. Ia menyebut proyek ini harus menjadi karya kolaboratif anak bangsa.
Salah satu hasil nyata adalah desain eksterior dan interior kereta cepat oleh tim ITS yang mendapat pendanaan dari LPDP melalui program RISPRO Kompetisi.
Riset Nasional Menuju Akselerasi Teknologi
Berbeda dari kereta cepat Woosh buatan Tiongkok yang telah beroperasi, KCMP merupakan proyek inisiatif nasional yang berdiri secara independen. Proyek ini sepenuhnya digarap oleh putra-putri Indonesia dengan dukungan institusi dalam negeri.
Pandu Yunianto menyatakan bahwa KCMP dirancang untuk memiliki kecepatan operasional 200 km/jam dan kecepatan desain 220 km/jam. Proyek ini berjalan berdasarkan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas).
“KCMP adalah kereta cepat buatan Indonesia. Ini bukan pengembangan dari Woosh, melainkan jalur dan sistem mandiri,” tegas Pandu saat presentasi.
Yunendar Aryo Handoko dari Divisi Transportasi Berkelanjutan menyebut KCMP lahir karena keterbatasan transfer teknologi dalam proyek Woosh. Menurutnya, Indonesia perlu menguasai sistem dari hulu ke hilir.
“Kita jangan hanya jadi pengguna. Harus kuasai desain sistem, dari bogie hingga telekomunikasi,” ungkap Yunendar penuh penekanan.
INKA Pimpin Produksi Nasional Kereta Cepat
Direktur Pengembangan PT INKA (Persero), Roppiq Luthfi Azhar, menyatakan kesiapan penuh pihaknya dalam menjadi sistem integrator proyek KCMP. INKA tak hanya sebagai perakit, tetapi juga perancang dan penguji sistem.
Roppiq memaparkan bahwa desain carbody sudah selesai, termasuk uji tabrak (crashworthiness). Uji fatigue untuk bogie sedang menunggu giliran di BRIN, sedangkan jalur uji dinamis sepanjang 1 km sedang dibangun di Banyuwangi.
“INKA siap memanufaktur kereta kecepatan tinggi ini. Kemampuan carbody sudah kami siapkan, artinya sudah siap uji untuk proses selanjutnya,” ucap Roppiq.
INKA kini memiliki dua fasilitas utama: pabrik Madiun untuk perakitan kereta konvensional dan Banyuwangi untuk teknologi tinggi. Fasilitas terbaru ini memiliki jalur presisi tinggi dan jalur produksi aluminium serta stainless steel.
Namun demikian, sejumlah tantangan masih membayangi proyek KCMP. Salah satunya kebutuhan sinergi antar tim riset lintas universitas, kelembagaan utama sebagai integrator, dan pembaruan regulasi agar mendukung akselerasi teknologi tinggi.
Kemitraan Jangka Panjang Lintas Generasi
Ayom Widipaminto menyatakan bahwa LPDP tidak hanya sebagai penyedia dana, tetapi juga siap menjadi kurator arah riset nasional. Ia berharap KCMP menjadi model keberhasilan riset yang menghasilkan dampak industri nyata.
“LPDP siap menjadi katalis, bukan hanya memberi dana, tapi ikut menjaga arah riset nasional agar berdampak strategis,” ujar Ayom menutup forum tersebut.
Sejak 2019, proyek ini telah menghasilkan 26 riset, 16 publikasi internasional, dan 9 paten. Lebih dari 150 mahasiswa terlibat aktif, membentuk fondasi kuat bagi generasi mendatang di industri transportasi cepat.
Kereta Cepat Merah Putih bukan proyek instan. Ini merupakan simbol lompatan teknologi Indonesia yang lahir dari gotong royong akademisi, industri, dan pemerintah, untuk menjawab tantangan masa depan transportasi nasional.
Proyek Kereta Cepat Merah Putih bukan hanya sekadar pengembangan moda transportasi, melainkan juga upaya monumental untuk membangun kemandirian teknologi nasional. Melibatkan 19 perguruan tinggi dan berbagai institusi riset, proyek ini menunjukkan keseriusan Indonesia untuk mengembangkan moda kereta cepat secara independen. Riset yang dilakukan tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah, tetapi juga berdampak langsung pada kesiapan manufaktur nasional.
Dengan PT INKA sebagai integrator utama dan LPDP sebagai penyandang dana sekaligus kurator riset, KCMP memosisikan diri sebagai representasi nyata hasil kolaborasi multi-institusi. Kehadiran test track di Banyuwangi dan kesiapan desain sistem menunjukkan bahwa pengembangan KCMP telah berada pada jalur yang menjanjikan. Namun demikian, proyek ini tetap menghadapi tantangan berupa kebutuhan harmonisasi regulasi serta sinkronisasi kerja antar tim yang berasal dari berbagai universitas dan latar belakang keahlian.
Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tengah menyiapkan masa depan transportasi cepat berbasis kekuatan lokal. KCMP tidak hanya menjawab kebutuhan efisiensi mobilitas, tetapi juga menjadi simbol optimisme bangsa dalam memproduksi teknologi tinggi sendiri. Jika berhasil, KCMP akan menjadi pencapaian besar bangsa dalam sejarah rekayasa teknologi transportasi modern. (*)