Jakarta, EKOIN.CO – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali memperkuat jalinan kerja sama internasional dengan menjajaki kemitraan bilateral bersama Japan Agency for Medical Research and Development (AMED). Pertemuan berlangsung di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Jumat (20/6).
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kolaborasi multilateral yang sebelumnya telah dijalin melalui skema e-ASIA Joint Research Program (JRP). Kali ini, kedua lembaga fokus pada pengembangan riset bilateral, khususnya di bidang kesehatan.
Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono, menjelaskan bahwa model kerja sama bilateral memungkinkan pendekatan yang lebih fleksibel dan terfokus terhadap isu-isu kesehatan global. Ia menekankan pentingnya memperkuat sinergi dengan mitra luar negeri.
“BRIN menawarkan berbagai platform kolaborasi yang didorong untuk dapat meningkatkan kapasitas periset melalui kerja sama lintas institusi maupun negara,” ungkap Agus saat pertemuan berlangsung.
Agus menambahkan bahwa tantangan kesehatan seperti penyakit menular, ketahanan sistem kesehatan, dan kebutuhan akan inovasi medis menuntut respons cepat dan terarah, yang lebih mungkin dicapai melalui skema bilateral.
Penguatan Riset Bilateral
AMED, sebagai mitra dari Jepang, menyambut positif langkah tersebut dan menyampaikan apresiasi atas keterlibatan aktif BRIN dalam memperluas cakupan kerja sama. Mereka melihat kerja sama bilateral sebagai peluang untuk meningkatkan dampak riset secara langsung.
“Melihat banyaknya proposal riset bidang kesehatan dan kompleksitas isu yang bersifat lintas perbatasan, AMED sangat berharap bisa lebih fokus melalui kerja sama bilateral dengan Indonesia, khususnya BRIN,” jelas Haze Kyosuke dari AMED.
AMED menilai bahwa pendekatan ini akan mempercepat proses realisasi riset dan lebih tepat sasaran dalam mendukung pembangunan sistem kesehatan yang tangguh di kedua negara.
Dalam diskusi tersebut, dibahas pula berbagai topik prioritas yang berpotensi menjadi fokus kolaborasi, antara lain penyakit menular, penyakit tidak menular, teknologi medis, serta pengembangan sistem layanan kesehatan berbasis data.
Kerja sama ini diharapkan mampu menciptakan model riset yang bukan hanya adaptif, namun juga bisa memberikan solusi nyata terhadap permasalahan lintas batas di bidang kesehatan.
Menuju Model Kolaborasi Baru
Sebagai langkah lanjutan, BRIN dan AMED sepakat untuk menyusun kerangka kerja sama pendanaan riset. Termasuk di dalamnya mekanisme seleksi proposal serta skema pembiayaan yang saling menguntungkan.
“Kami berharap kerja sama ini dapat segera dimatangkan dan menjadi model kolaborasi riset bilateral yang berdampak luas,” tutur Agus Haryono menutup pertemuan.
Langkah ini juga menegaskan komitmen BRIN dalam mendorong riset transnasional yang inklusif dan relevan terhadap tantangan kesehatan masa kini, terutama pascapandemi.
Kolaborasi ini bukan hanya mempererat hubungan bilateral Indonesia dan Jepang, tetapi juga memperkuat posisi kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dalam jaringan riset kesehatan global.
Kerja sama bilateral antara BRIN dan AMED menunjukkan arah baru yang lebih strategis dalam pengembangan riset kesehatan. Berbeda dari pendekatan multilateral, skema ini dinilai lebih efisien dan cepat dalam merespons isu lintas negara.
BRIN dan AMED menyadari pentingnya respons terintegrasi terhadap tantangan kesehatan global. Oleh karena itu, kemitraan ini diharapkan menjadi katalis untuk riset yang berdampak langsung terhadap masyarakat.
Dengan penyusunan kerangka kerja yang terstruktur, kemitraan ini akan menjadi contoh praktik baik kerja sama riset internasional yang solutif, adaptif, dan mendukung penguatan kapasitas periset secara berkelanjutan.(*)