Jakarta, EKOIN.CO – Teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga menjadi alat baru bagi para penjahat siber. Laporan terbaru Forbes, Selasa (24/6/2025), mengungkap empat modus penipuan berbasis AI yang semakin canggih dan sulit dideteksi.
“Penipuan BEC (Business Email Compromise) kini menggunakan video dan audio deepfake yang sangat meyakinkan,” tulis laporan tersebut. Di Hong Kong, pelaku berhasil mencuri Rp480 miliar dengan menyamar sebagai direktur perusahaan melalui panggilan Zoom palsu.
Modus lain yang patut diwaspadai adalah chatbot penipu asmara. “Percakapan tanpa aksen dan alur natural membuat korban sulit membedakan manusia dengan bot,” ungkap Forbes. Teknik ini pernah dibocorkan oleh penjahat asal Nigeria dalam sebuah video.
Skema “pig butchering” atau penipuan investasi berkedok asmara juga berevolusi. Penipu kini menggunakan alat seperti “Instagram Automatic Fans” untuk mengirim pesan massal. Deepfake digunakan untuk panggilan video dan kloning suara guna memperkuat penipuan.
Kasus terbaru terjadi di Singapura, di mana pelaku memeras eksekutif dengan video deepfake yang dibuat dari foto profil LinkedIn. “Teknologi ini makin mudah diakses dan akan menyasar lebih banyak korban,” tambah laporan tersebut.