Jakarta, EKOIN.CO – Konflik geopolitik antara China dan Amerika Serikat kini merambah ke dasar laut, dengan kabel fiber optik internet global sebagai medan pertempuran baru. Lebih dari 95% lalu lintas data dunia mengalir melalui jaringan kabel bawah laut ini, menjadikannya infrastruktur kritis di era digital.
“Kabel-kabel ini bukan lagi sekadar infrastruktur teknis, tapi aset strategis yang menentukan kedaulatan digital,” tulis laporan Gizchina, Selasa (24/6/2025). AS telah melibatkan perusahaan China dari proyek kabel internasional karena kekhawatiran penyadapan, sementara China membangun jaringan alternatif yang menghindari rute Barat.
Perusahaan teknologi raksasa seperti Google dan Meta kini mendominasi pembangunan kabel bawah laut. Google saja telah berinvestasi di lebih dari 20 jaringan, termasuk kabel Equiano yang menghubungkan Eropa-Afrika. Dominasi ini memberi mereka kendali atas akses, kecepatan, dan biaya internet global.
Beberapa insiden misterius telah terjadi, seperti pemutusan kabel di Laut Merah awal 2024 yang diduga sabotase. Negara-negara berkembang seperti Nigeria menghadapi dilema: menerima investasi Big Tech untuk meningkatkan konektivitas, tapi dengan risiko ketergantungan.
“Kecepatan internet membaik, tapi siapa yang benar-benar mengontrol infrastruktur ini?” tanya seorang pakar teknologi di Afrika yang enggan disebutkan namanya.