Solok, EKOIN.CO - Dinas Kesehatan Kota Solok menggelar pelatihan pengetahuan tentang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) kepada kader posyandu pada Selasa, 24 Juni 2025. Kegiatan berlangsung di aula kantor Dinas Kesehatan setempat dan dihadiri puluhan kader dari berbagai kelurahan di Kota Solok.
Pelatihan ini difokuskan pada pentingnya gizi seimbang dengan memanfaatkan bahan pangan lokal. Materi yang disampaikan menekankan cara menyusun MP-ASI yang bergizi dengan mempertimbangkan nilai kandungan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh bayi dan anak.
Menurut Irma dari Dinas Kesehatan Kota Solok, MP-ASI berbasis bahan pangan lokal merupakan pilihan yang lebih berkelanjutan. Ia menegaskan pentingnya memastikan bahwa makanan yang diberikan memenuhi prinsip gizi seimbang. “MP-ASI lokal jauh lebih berkelanjutan… namun yang paling penting adalah kandungannya harus memenuhi prinsip gizi seimbang…” jelas Irma.
Sebagaimana dikutip dari infopublik.solokkota.go.id, pelatihan ini menjadi langkah strategis pemerintah daerah dalam membentuk kader-kader posyandu yang memiliki pemahaman kuat mengenai pola makan anak sejak dini.
Dikutip dari pekalongankota.go.id, tujuan utama kegiatan ini adalah mencetak kader posyandu yang tidak hanya kompeten dalam hal teknis, tetapi juga mampu memberi dampak signifikan dalam upaya penurunan stunting di Kota Solok.
Materi pelatihan diberikan oleh tim gizi dari Dinas Kesehatan serta praktisi gizi lokal. Para kader diajak berdiskusi mengenai sumber-sumber pangan lokal yang bisa dijadikan MP-ASI serta praktik pengolahan yang benar agar kandungan gizi tetap terjaga.
Dalam sesi praktik, para peserta membuat contoh MP-ASI menggunakan bahan seperti ubi, tempe, bayam, dan telur, serta diajarkan metode penyajian yang higienis dan tepat sasaran sesuai usia bayi.
Kegiatan ini juga melibatkan sesi tanya jawab interaktif, di mana para kader menyampaikan tantangan yang mereka hadapi di lapangan, termasuk penolakan dari orang tua bayi terhadap MP-ASI tertentu.
Dinas Kesehatan menyarankan agar para kader lebih aktif menyosialisasikan manfaat MP-ASI lokal kepada masyarakat dengan pendekatan yang mudah dimengerti dan menyesuaikan dengan budaya setempat.
“Edukasi kepada orang tua harus terus dilakukan, agar mereka tidak salah kaprah mengenai makanan sehat untuk bayi,” ujar seorang fasilitator pelatihan.
Dinas Kesehatan berharap pelatihan ini mampu menurunkan angka stunting yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan di beberapa wilayah Kota Solok.
Dalam catatan sindonews.com, kegiatan serupa pernah digelar sebelumnya, namun kali ini lebih menekankan pada pemanfaatan pangan lokal yang ekonomis dan tersedia di sekitar rumah tangga masyarakat.
Para kader yang mengikuti pelatihan diberikan modul dan alat peraga yang akan digunakan saat kembali bertugas di posyandu masing-masing.
Kegiatan ini juga mendukung program nasional percepatan penurunan stunting yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan.
Selain itu, pelatihan ini menjadi bagian dari penguatan kapasitas sumber daya manusia di tingkat komunitas, yang dinilai krusial dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
“Jika para kader paham dan mampu menyampaikan informasi yang benar, maka efeknya akan sampai ke keluarga dan lingkungan sekitar,” kata narasumber lainnya dari tim gizi.
Irma menambahkan bahwa pelatihan semacam ini akan dilakukan secara berkala agar pengetahuan para kader tetap terbarui seiring dengan perkembangan ilmu gizi dan kebijakan pemerintah.
Materi pelatihan tidak hanya soal teori, namun juga mencakup praktek langsung yang relevan dengan kondisi sehari-hari di masyarakat.
“Kita tidak ingin kader hanya tahu konsep, tapi tidak bisa mempraktikkannya. Maka dari itu, pelatihan ini dibuat seaplikatif mungkin,” tambah Irma.
Salah satu peserta dari Kelurahan Tanah Garam mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat baginya karena memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai MP-ASI yang tepat.
Ia menyebutkan bahwa sebelum mengikuti pelatihan, dirinya sering kebingungan menentukan menu sehat untuk balita yang dilayani di posyandu mereka.
Kegiatan ini berlangsung dari pagi hingga sore hari dan ditutup dengan penyampaian rencana tindak lanjut oleh masing-masing kader untuk diterapkan di lingkungan mereka.
Setelah pelatihan, para peserta diwajibkan membuat laporan kegiatan dan dokumentasi edukasi yang mereka lakukan kepada masyarakat.
Langkah ini dimaksudkan agar Dinas Kesehatan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap efektivitas pelatihan.
Pihak dinas menargetkan bahwa dalam waktu enam bulan, akan ada perubahan perilaku masyarakat dalam pemberian MP-ASI yang lebih sehat dan berbasis lokal.
Selain menurunkan stunting, pelatihan ini juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pola makan yang baik sejak dini.
Dinas Kesehatan juga menggandeng pihak puskesmas untuk memfasilitasi keberlanjutan dari pelatihan ini di tingkat kelurahan.
Tim penggerak PKK juga direncanakan akan dilibatkan dalam kampanye edukasi MP-ASI agar menjangkau lebih banyak kalangan ibu rumah tangga.
Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya terintegrasi lintas sektor untuk memperkuat pelayanan dasar kesehatan di Kota Solok.
Data Dinas Kesehatan mencatat bahwa angka stunting di Kota Solok tahun 2024 berada pada angka sekitar 18 persen dan diharapkan turun signifikan pada 2025.
Selain melalui pelatihan kader, pemerintah juga meningkatkan intervensi gizi spesifik dan sensitif melalui berbagai program.
Pelatihan MP-ASI ini menjadi salah satu bentuk intervensi sensitif yang ditargetkan langsung kepada pengasuh utama balita di tingkat komunitas.
Setiap kader yang mengikuti pelatihan diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu memengaruhi pola pikir masyarakat sekitar tentang pola makan anak.
Dalam jangka panjang, kegiatan ini menjadi bagian dari investasi kesehatan generasi masa depan di Kota Solok.
Pemerintah Kota Solok berkomitmen menjadikan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas utama dalam pembangunan daerah.
Sebagai penutup kegiatan, peserta pelatihan diajak menyusun rencana kerja berbasis komunitas untuk mendukung gerakan keluarga sehat.
Program ini juga sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) terkait kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Diharapkan setiap kader dapat menularkan ilmu yang diperoleh kepada masyarakat luas melalui kegiatan posyandu rutin.
Kegiatan semacam ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia di tingkat akar rumput sangat penting dalam sistem kesehatan nasional.
Kader posyandu menjadi garda terdepan dalam menyampaikan informasi kesehatan yang benar dan terpercaya kepada masyarakat.
Mereka tidak hanya bertugas mencatat data bayi, tapi juga menjadi pendidik kesehatan keluarga di lingkungan tempat tinggal mereka.
Saran:
Masyarakat disarankan untuk lebih membuka diri terhadap informasi kesehatan yang dibawa oleh kader posyandu. Mereka adalah bagian penting dalam membentuk kebiasaan gizi yang sehat sejak usia dini, yang berdampak pada tumbuh kembang anak.
Pemerintah daerah juga dapat mempertimbangkan memberikan insentif tambahan bagi kader yang aktif dan menunjukkan hasil nyata di wilayah tugasnya. Hal ini bisa mendorong semangat kerja mereka di lapangan.
Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa MP-ASI berbasis bahan lokal tidak kalah bernutrisi dibandingkan produk komersial. Pemanfaatan sumber pangan sekitar bisa menjadi solusi ekonomis sekaligus bergizi.
Puskesmas dan posyandu harus terus bersinergi dalam penyampaian informasi dan pelayanan gizi, dengan dukungan materi yang terus diperbaharui berdasarkan perkembangan ilmu.
Media lokal dapat ambil bagian dalam menyebarkan informasi dari pelatihan ini agar jangkauan edukasi semakin luas dan merata di semua lapisan masyarakat.
Kesimpulan:
Pelatihan MP-ASI di Kota Solok menjadi langkah nyata dalam pencegahan stunting sejak dini melalui penguatan kapasitas kader posyandu. Keberhasilan program ini bergantung pada kolaborasi semua pihak, termasuk masyarakat.
Dengan keterlibatan aktif kader posyandu, diharapkan pola pemberian makan anak dapat mengalami perubahan positif yang berkelanjutan.
Penguatan edukasi gizi dan penggunaan bahan pangan lokal bisa menjadi strategi efektif dalam menghadapi tantangan kesehatan anak.
Kegiatan ini mencerminkan komitmen Kota Solok dalam menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.
Langkah serupa perlu direplikasi di daerah lain untuk mempercepat tercapainya target nasional penurunan stunting.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
