Jakarta, EKOIN.CO – Sektor jasa keuangan Indonesia mencatat pertumbuhan tipis di batas bawah target selama Kuartal I-2025, dengan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 9,16% year-on-year (yoy) menjadi Rp7.908 triliun. Meski demikian, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimis prospek paruh kedua tahun ini akan lebih baik seiring kemampuan mengelola ketidakpastian global.
“Sehingga ke depan dalam paruh kedua ini berharap bahwa kondisi tadi bisa membaik dan lebih kuat dibandingkan pada kuartal pertama maupun kemungkinan di kuartal kedua paruh pertama tahun ini,” jelas Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam acara Power Lunch, Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (24/6/2025).
Mahendra mengakui tantangan stabilitas global masih ada, terutama dari suku bunga yang belum turun signifikan dan perlambatan ekonomi China. Namun, ia menekankan bahwa ketidakpastian global kini lebih dipandang sebagai dinamika risiko yang dapat diantisipasi.
China sebagai mitra dagang utama Indonesia dinilai menjadi faktor krusial. “Perlambatan di Negeri Tirai Bambu akan memberi dampak signifikan terhadap prospek domestik,” ujarnya. Sementara itu, perkembangan kebijakan perdagangan AS, termasuk rencana tarif impor 10% oleh pemerintahan Trump, juga menjadi perhatian.
Dari sisi domestik, OJK menyoroti pentingnya realisasi belanja negara pada kuartal III dan IV 2025 melalui proyek-proyek prioritas. Mahendra menilai kombinasi pemulihan global dan stimulus fiskal dapat memperkuat ekonomi Indonesia.
Di pasar modal, OJK mencatat penghimpunan dana mencapai Rp56,06 triliun per April 2025, dengan target tahunan Rp220 triliun. Enam emiten baru telah berkontribusi Rp3,31 triliun melalui fund raising.