Iran, EKOIN.CO – Iran secara resmi meluncurkan rudal balistik Khaibar Shekan dalam operasi militer ke wilayah Israel pada Minggu, 22 Juni 2025. Ini menandai kali pertama senjata berdaya ledak tinggi itu digunakan dalam konflik terbuka, dan disebut-sebut membawa dampak signifikan terhadap sasaran militer lawan.
Serangan ini diklaim sebagai bentuk balasan dari Teheran atas peningkatan tekanan dan tindakan keras yang dilakukan oleh Israel dan para sekutunya dalam beberapa waktu terakhir.
Rudal tersebut diluncurkan dari dalam wilayah Iran menuju titik-titik strategis di wilayah Israel. Belum diketahui secara pasti berapa target yang terkena, tetapi efeknya langsung menimbulkan kepanikan dan peningkatan kesiagaan militer di Tel Aviv dan sekitarnya.
Khaibar Shekan merupakan rudal jenis terbaru yang dikembangkan Iran, dengan kemampuan membawa sejumlah hulu ledak yang bisa diarahkan ke beberapa sasaran sekaligus dalam satu kali peluncuran.
Dalam pernyataan resmi militer Iran, peluncuran rudal ini dinilai sebagai puncak teknologi persenjataan mereka, dan merupakan demonstrasi kemampuan pertahanan sekaligus ofensif strategis di kawasan.
Militer Iran menegaskan bahwa rudal tersebut mampu menembus sistem pertahanan udara canggih seperti Iron Dome milik Israel. Hal ini menunjukkan peningkatan kapasitas senjata Iran secara signifikan.
Mereka menyebut penggunaan rudal Khaibar Shekan bukan hanya langkah militer, tetapi juga simbol kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman dari luar.
Sumber militer Iran mengungkapkan bahwa peluncuran dilakukan pada malam hari waktu setempat, dengan titik koordinat yang telah ditentukan dan disesuaikan berdasarkan analisa intelijen terbaru.
Beberapa wilayah Israel dilaporkan mengalami ledakan hebat setelah rudal mencapai target. Walau belum ada konfirmasi kerusakan besar atau korban jiwa dari pihak Israel, sistem keamanan mereka disebut dalam status siaga penuh.
Serangan ini merupakan bagian dari gelombang ke-20 yang dilancarkan Iran terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir, dan menjadi yang pertama kalinya menggunakan sistem senjata terbaru tersebut.
Rudal ini dikembangkan oleh divisi riset militer Iran dan telah melalui serangkaian uji coba dalam dua tahun terakhir sebelum diputuskan untuk digunakan dalam konflik terbuka.
Militer Israel belum memberikan pernyataan resmi soal dampak serangan, namun sumber pertahanan menyebut bahwa sebagian rudal berhasil dicegat sistem pertahanan udara.
Israel juga disebutkan telah mengaktifkan seluruh sistem pertahanan berbasis darat dan udara sebagai bentuk respons cepat terhadap serangan tersebut.
Sementara itu, negara-negara di sekitar kawasan Timur Tengah, termasuk Lebanon dan Suriah, memantau dengan seksama perkembangan situasi ini guna mengantisipasi potensi merembetnya konflik lintas batas.
Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah memberikan tanggapan atas kejadian tersebut dan menyerukan agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut yang bisa mengancam stabilitas regional.
PBB pun menyuarakan keprihatinan terhadap insiden ini dan mendorong semua pihak untuk menahan diri serta kembali membuka jalur diplomasi.
Peluncuran rudal Khaibar Shekan juga disebut sebagai pengubah peta taktik pertahanan Iran, yang kini tidak lagi hanya bertahan, tetapi mulai mengedepankan langkah penyerangan langsung jika merasa terancam.
Senjata ini dilaporkan mampu mencapai target dalam radius ratusan kilometer dengan tingkat akurasi tinggi dan kecepatan jelajah yang tidak bisa dideteksi dengan mudah.
Dalam siaran media pemerintah Iran, disebutkan bahwa rudal ini memiliki fitur khusus yang memungkinkan setiap hulu ledak bergerak independen ke arah sasaran berbeda.
Badan-badan intelijen di kawasan, termasuk yang berada di bawah naungan NATO, telah memantau gerak rudal ini sejak peluncuran awal dan melakukan pelacakan melalui satelit.
Analis militer menyebut penggunaan rudal Khaibar Shekan menandai babak baru dalam persenjataan Iran yang menggabungkan presisi teknologi dan daya jangkau tinggi.
Sejumlah negara menanggapi peluncuran ini dengan kekhawatiran bahwa konflik antara Iran dan Israel dapat merambah ke wilayah lain, bahkan memicu keterlibatan kekuatan dunia lain seperti Amerika Serikat.
Menurut laporan CNN Indonesia, rudal tersebut pertama kali digunakan dalam konflik pada 22 Juni 2025 dan menjadi titik balik penting dalam strategi militer Iran.
Belum ada rincian terkait lokasi pasti jatuhnya rudal atau rincian kerusakan yang ditimbulkan, namun ledakan terdengar di sejumlah area perbatasan Israel.
Dampak psikologis dari serangan ini cukup besar, terutama di kalangan warga Israel yang mulai merasakan ancaman langsung dari kemampuan serang Iran.
Beberapa lembaga kemanusiaan dan organisasi internasional telah menyerukan perlindungan terhadap warga sipil di kawasan terdampak.
Iran menyatakan bahwa target utama rudal mereka adalah fasilitas militer, dan tidak ada niat menyerang permukiman sipil, meskipun kemungkinan dampak sampingannya tetap ada.
Para pengamat memperkirakan penggunaan rudal ini akan menjadi bahan pertimbangan bagi negara-negara besar dalam meninjau ulang kebijakan pertahanan dan keamanan di Timur Tengah.
Sistem persenjataan semacam ini membuka diskusi baru mengenai peran senjata pemusnah dalam konflik regional, terutama soal pengawasan dan pengendaliannya di bawah hukum internasional.
Kantor berita global seperti BBC dan Al Jazeera turut memberitakan kejadian ini secara real time, sementara rekaman video serangan menyebar cepat di media sosial.
Pakar hubungan internasional mengingatkan bahwa penggunaan senjata dengan dampak luas seperti ini bisa mempercepat eskalasi konflik jika tidak segera diredam oleh kekuatan diplomatik.
Pihak militer Iran menegaskan bahwa ini adalah bentuk tanggapan atas kebijakan Israel yang dianggap agresif, dan bukan langkah awal dari perang terbuka.
Sementara itu, sistem pertahanan udara Israel disebut telah berhasil mencegat sebagian rudal yang mendekati wilayah permukiman padat.
Israel masih melakukan evaluasi atas dampak serangan dan telah mengerahkan tim khusus untuk mengkaji kemungkinan aksi balasan.
Kementerian luar negeri negara-negara sekutu Israel, termasuk Inggris dan Prancis, telah menyatakan dukungan terhadap langkah pertahanan Israel.
Sebagian besar warga di kawasan yang terdampak dihimbau untuk tetap berada di tempat perlindungan dan menghindari kegiatan luar ruangan.
Dalam perkembangan terakhir, mediator regional seperti Swiss dan Qatar disebut telah membuka komunikasi awal dengan kedua pihak untuk mencegah konflik berkembang lebih luas.
Penggunaan rudal multi-hulu seperti Khaibar Shekan dinilai sebagai tantangan baru bagi sistem pertahanan modern yang selama ini hanya mengandalkan deteksi awal dan penangkalan tunggal.
Konflik yang berlarut-larut dikhawatirkan akan berdampak pada jalur perdagangan dan kestabilan harga minyak global, mengingat kawasan ini merupakan salah satu sumber energi utama dunia.
Beberapa maskapai penerbangan global dilaporkan mulai mengalihkan jalur penerbangan untuk menghindari potensi gangguan akibat konflik ini.
Warga internasional dan diplomat yang berada di wilayah rawan telah diperingatkan oleh kedutaan masing-masing agar mengambil langkah kewaspadaan ekstra.
PBB melalui juru bicaranya telah menyerukan penghentian segera segala bentuk kekerasan dan memfasilitasi gencatan senjata terbatas.
Dalam jangka pendek, ketegangan ini diperkirakan belum akan reda sepenuhnya, mengingat kedua belah pihak masih menyiagakan pasukan masing-masing.
Iran saat ini berada dalam sorotan, baik dari sisi militer maupun diplomatik, dan harus menghadapi tekanan baru dari dunia internasional.
CNN Indonesia mencatat bahwa peluncuran rudal ini menandai perkembangan signifikan dalam konflik Iran-Israel, dan berpotensi menjadi pemicu perubahan strategi di kawasan.
Saran dan Kesimpulan
Perkembangan terakhir dari konflik antara Iran dan Israel seharusnya menjadi peringatan bagi komunitas internasional agar mengedepankan diplomasi, bukan kekuatan militer. Penggunaan rudal Khaibar Shekan memperlihatkan betapa cepatnya eskalasi bisa terjadi jika tidak diimbangi dengan upaya deeskalasi serius.
Negara-negara yang memiliki pengaruh di kawasan perlu mengambil peran aktif dalam mendorong kedua pihak kembali ke meja perundingan, sebelum lebih banyak korban jatuh atau kehancuran lebih luas terjadi. Krisis ini bukan hanya soal militer, tetapi juga keamanan sipil dan stabilitas global.
Lembaga-lembaga internasional termasuk PBB harus mempertimbangkan langkah nyata seperti pemantauan gencatan senjata atau intervensi diplomatik guna mencegah situasi makin memburuk. Solusi militer hanya akan memperpanjang penderitaan masyarakat sipil di kedua belah pihak.
Teknologi senjata baru seperti Khaibar Shekan perlu dikaji ulang dari sisi regulasi internasional. Dunia tidak bisa tinggal diam menyaksikan pengembangan senjata pemusnah massal tanpa ada kerangka hukum dan pengawasan.
Kejadian ini memperlihatkan pentingnya solidaritas antarbangsa dalam merespons ancaman yang lebih besar dari konflik regional, dan memastikan bahwa kepentingan kemanusiaan tidak dikorbankan demi ambisi kekuasaan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v