Selat Hormuz, EKOIN.CO – Parlemen Iran pada Minggu, 22 Juni 2025, menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz terhadap seluruh kapal tanker, termasuk yang membawa minyak berikut pasokan energi dari Timur Tengah, sebagai respon atas serangan udara AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran . Keputusan tersebut masih menunggu restu Dewan Keamanan Nasional Tertinggi di bawah pengawasan Ayatollah Ali Khamenei
Corporate Communication PT Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, memastikan telah mengambil langkah antisipatif dengan mengalihkan rute kapal tanker melalui jalur alternatif di Oman dan India Rute ini dipilih guna menjaga kelangsungan pasokan energi nasional dan menghindari potensi gangguan di Selat Hormuz.
Menurut sumber global, Selat Hormuz adalah koridor utama pasokan minyak dan gas, menyumbang sekitar 20–25 % konsumsi energi dunia Serangan dan ancaman penutupan memicu gangguan navigasi, misalnya dua kapal VLCC China, Coswisdom Lake dan South Loyalty, yang memutar balik karena sistem navigasi terganggu sejak 13 Juni
Freight rate untuk kapal tanker naik lebih dari dua kali lipat, mencapai USD 60.000 per hari . Dampaknya, harga minyak global juga melonjak dan berpotensi mencapai USD 110–120 per barel
Fadjar menegaskan bahwa armada Pertamina International Shipping (PIS) tetap aman, dengan pemantauan intensif dari sejak pekan lalu fleksibilitas pasokan dari berbagai negara, sehingga distribusi minyak dalam negeri tetap stabil
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, menambahkan bahwa stok BBM di dalam negeri dipastikan aman untuk beberapa waktu ke depan . Di sisi operasional, biaya tambahan akibat rute baru melalui Oman dan India masih dihitung tapi dianggap lebih terukur dibanding risiko gangguan pasokan
Peringatan datang dari berbagai negara. AS, Inggris, dan China memperingatkan bahwa penutupan selat bisa menyebabkan “bencana ekonomi” dan “kesalahan fatal” China bahkan meminta pemilik kapal melaporkan perjalanan mereka agar stabilitas jalur pelayaran tetap terjaga
Para pakar energi dan maritime menilai bahwa Iran memiliki kemampuan untuk menutup selat dengan menambang jalur pelayaran, kapal cepat, dan drone, namun keputusan itu sangat berisiko terhadap perekonomian Iran sendiri .
Sejauh ini, aktivitas pelayaran belum sepenuhnya berhenti: beberapa kapal memilih memutar balik atau zig‑zag menghindari area rawan, namun pasokan masih terus berjalan . Harga minyak global sempat melonjak namun kemudian menurun kembali ke kisaran di bawah USD 70–75 .
Mayor Jenderal Esmaeil Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, menyatakan penutupan dilakukan “selalu ketika diperlukan” untuk melindungi kedaulatan nasional
Selat sepanjang 31–33 km ini menghubungkan Teluk Persia ke Samudra Hindia melalui Teluk Oman, menjadi jalur utama ekspor minyak negara-negara OPEC seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan UAE serta gas cair .
Selain tekanan diplomatik, AS juga punya opsi militer—seperti sweep ranjau—jika Iran bertindak ekstrem. Namun para ahli menyebut kemampuan aliansi saat ini masih terbatas .
keputusan akhir penutupan Selat Hormuz tetap bergantung pada Dewan Keamanan Nasional Tertinggi serta persetujuan Ayatollah Khamenei
Masyarakat dan sektor industri perlu memantau perkembangan selat dan menjaga kesiapan pasokan alternatif, agar dampak gangguan bisa diminimalkan.
Pertamina sudah menunjukkan kesiapan dengan mengalihkan rute, namun pemantauan berkala dan transparansi harga sebaiknya diperkuat.
Pemerintah Indonesia disarankan menjajaki diversifikasi pemasok energi dari berbagai wilayah sebagai mitigasi jangka panjang.
Stok BBM domestik tampak aman, namun publik dihimbau tetap bijak dalam konsumsi agar cadangan tetap terjaga.
Stabilitas diplomatik global sangat memengaruhi sektor energi; kerjasama di tingkat internasional masih sangat vital.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v