Jakarta, – EKOIN.CO – Informasi tentang cara membedakan telur berdasarkan usia dan kesegarannya kembali mencuat di media sosial. Gambar yang menampilkan tiga jenis telur dengan label “baru banget”, “baru”, dan “lama” menjadi perbincangan di berbagai platform daring. Setiap telur tampak memiliki ciri permukaan berbeda yang konon mencerminkan tingkat kesegarannya.
Penelusuran lebih lanjut terhadap informasi tersebut menunjukkan bahwa ada dasar ilmiah di balik perbedaan visual pada kulit telur. Gambar yang beredar memperlihatkan bahwa telur “baru banget” tampak memiliki lapisan seperti tepung, telur “baru” terlihat mengilap dan mulus, sementara telur “lama” tampak lebih kusam dan licin.
Menurut para pakar unggas dan pangan, perbedaan ini berkaitan erat dengan keberadaan lapisan pelindung alami pada telur yang dikenal sebagai bloom atau cuticle. Lapisan ini menutupi pori-pori kulit telur dan berfungsi sebagai pelindung dari masuknya bakteri.
Telur yang baru keluar dari tubuh ayam biasanya masih memiliki lapisan bloom yang utuh. Lapisan tersebut tampak seperti debu atau tepung tipis yang menyelimuti kulit telur. Inilah yang menyebabkan telur “baru banget” terlihat buram dan bertekstur.
Ahli nutrisi dan peternakan, drh. Yudi Setiawan, menjelaskan bahwa bloom sangat penting dalam menjaga kualitas dan kebersihan telur secara alami. “Lapisan ini adalah perlindungan pertama dari infeksi bakteri. Ketika masih utuh, telur bisa lebih tahan lama tanpa pendingin,” ujarnya saat diwawancarai pada Senin (17/6).
Sebaliknya, telur yang sudah disimpan beberapa waktu akan mengalami perubahan pada permukaan kulitnya. Akibat gesekan dan proses penguapan, lapisan bloom dapat menghilang, membuat telur terlihat lebih mengilap dan licin.
“Telur yang tampak mengilap biasanya sudah disimpan di suhu ruang beberapa hari. Bukan berarti busuk, tapi kesegarannya mulai menurun,” tambah drh. Yudi.
Perbedaan permukaan kulit telur ini ternyata dapat menjadi indikator awal yang cukup berguna bagi konsumen. Namun para ahli menyarankan agar cara ini tidak digunakan secara tunggal dalam menilai kesegaran telur.
Selain pengamatan visual, dikenal pula metode sederhana lain seperti “tes air”. Dalam metode ini, telur dimasukkan ke dalam segelas air. Telur yang sangat segar akan tenggelam secara horizontal, sementara yang sudah lama akan berdiri atau bahkan mengambang.
Hal ini dikarenakan seiring waktu, kantung udara dalam telur membesar akibat penguapan. Telur yang lebih tua akan memiliki kantung udara yang lebih besar, menyebabkan telur mengapung.
Ada juga metode “tes pecah telur” yang bisa dilakukan saat memasak. Telur segar akan memiliki kuning telur yang tegak dan bulat, serta putih telur yang kental dan tidak melebar. Telur lama sebaliknya, putihnya akan menyebar dan lebih encer.
Pakar pangan dari IPB, Prof. Retno Wulandari, menyampaikan bahwa ketiga metode ini dapat saling melengkapi. “Idealnya digunakan bersamaan agar hasilnya lebih akurat. Jangan hanya mengandalkan tampilan kulit telur saja,” kata Retno.
Ia juga menekankan pentingnya penyimpanan telur pada suhu yang tepat untuk menjaga kesegaran. Telur sebaiknya disimpan dalam lemari pendingin dengan posisi bagian runcing menghadap ke bawah.
Beberapa peternak juga menyampaikan bahwa telur yang dijual di pasar tradisional umumnya belum dicuci, sehingga lapisan bloom masih utuh. Sementara di supermarket, telur kerap dibersihkan terlebih dahulu, yang bisa menghilangkan lapisan tersebut.
Oleh karena itu, perbedaan tampilan telur tidak selalu menandakan perbedaan usia yang jauh. “Pencucian telur bisa mengubah tampilan luar, tapi bukan berarti telur tidak segar,” ujar seorang pedagang telur di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Berdasarkan keterangan tersebut, gambar tiga telur yang sempat viral di media sosial dapat dianggap valid sebagai panduan awal. Namun hasil paling akurat tetap diperoleh melalui kombinasi dari pengamatan fisik dan tes praktis lainnya.
Kementerian Pertanian melalui siaran pers menyebutkan bahwa konsumen perlu lebih sadar akan cara penyimpanan dan pengenalan telur segar agar tidak tertipu oleh penampilan luarnya saja. Edukasi tentang hal ini penting untuk kesehatan rumah tangga.
Masyarakat juga disarankan untuk membeli telur dari sumber yang terpercaya, memperhatikan tanggal kedaluwarsa jika tersedia, serta segera mengonsumsi telur dalam beberapa hari setelah pembelian.
Di lapangan, masih banyak pembeli yang belum mengetahui perbedaan ini. Salah satu warga, Lina (38), mengatakan bahwa ia baru tahu soal tes air dan tekstur kulit telur. “Selama ini saya lihat dari warna kulitnya saja. Ternyata ada cara lain yang lebih akurat,” ujarnya.
Para pelaku usaha kuliner pun diimbau untuk rutin mengecek kualitas telur yang digunakan agar tidak mengganggu cita rasa dan keamanan makanan yang disajikan.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, konsumsi telur di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat akan mutu telur menjadi hal penting dalam mendukung ketahanan pangan.
Telur yang sudah disimpan terlalu lama bisa menimbulkan bau tidak sedap dan membahayakan jika dikonsumsi. Karena itu, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam memilih dan menyimpan telur.
Beberapa ahli juga menyarankan agar telur tidak langsung dicuci setelah dibeli jika belum akan digunakan, untuk menjaga lapisan pelindungnya tetap utuh.
Sementara itu, edukasi di sekolah-sekolah tentang bahan makanan sehat dinilai masih kurang. Materi seperti ini bisa menjadi bagian dari pelajaran IPA atau kewirausahaan.
Para pakar sepakat bahwa memahami ciri fisik telur merupakan keterampilan dasar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi telur merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi masyarakat dari semua kalangan.
Banyak negara seperti Jepang dan Jerman telah menerapkan standar ketat dalam pengemasan dan pelabelan telur. Indonesia dinilai perlu memperkuat regulasi tersebut untuk melindungi konsumen.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan media sosial untuk saling berbagi informasi edukatif seperti ini, selama sumbernya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, diharapkan kasus keracunan atau konsumsi telur busuk dapat diminimalkan di masa depan.
Kesimpulannya, warna dan tekstur kulit telur dapat memberi petunjuk awal tentang kesegarannya, namun metode lain seperti tes air dan tes pecah tetap diperlukan untuk memastikan.
Konsumen sebaiknya tidak hanya mengandalkan penampilan visual, tetapi juga memperhatikan aspek penyimpanan, waktu pembelian, dan cara penggunaan telur.
Edukasi berkelanjutan dari pemerintah dan lembaga terkait sangat penting agar masyarakat dapat memilih bahan pangan dengan lebih bijak.
Pelaku usaha makanan dan industri kuliner perlu memperhatikan mutu telur sebagai bahan pokok untuk menjamin kualitas produk.
Pemerintah dan pelaku industri dapat bekerja sama dalam menyediakan label dan informasi yang memudahkan konsumen dalam menilai kualitas telur di pasaran. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v