Kenya, EKOIN.CO- Di tengah hamparan sabana Afrika yang luas, seekor badak putih utara berjalan perlahan. Tubuhnya besar, kokoh, seolah tak tergoyahkan oleh waktu—namun siapa sangka, ia adalah salah satu yang terakhir di dunia.
Di sisinya, berdiri penjaga bersenjata lengkap. Bukan pemburu. Mereka adalah pelindung. Siang dan malam, mereka berjaga tanpa henti, mengorbankan kenyamanan demi satu tujuan: mencegah kepunahan.
Kini, hanya tersisa dua badak putih utara betina di dunia—keduanya tinggal di Kenya, di bawah pengawasan ketat di Ol Pejeta Conservancy. Namun keduanya mandul. Harapan terakhir umat manusia untuk menyelamatkan spesies ini kini bergantung pada teknologi reproduksi dan tekad manusia.
Para penjaga itu bukan hanya pelindung binatang. Mereka adalah simbol harapan. Mereka berdiri di garis depan, melawan kerakusan, perburuan liar, dan ketidakpedulian dunia.
Ironis. Makhluk yang begitu tangguh, megah, dan kuat… justru hanya bisa bertahan karena senjata manusia. Bukan untuk dibunuh—melainkan untuk diselamatkan.
Kisah badak putih utara adalah pengingat. Jika kita tidak berubah, suatu hari nanti anak-anak kita hanya bisa melihat hewan-hewan megah itu melalui foto dan patung di museum.
Namun selama masih ada yang menjaga—selalu ada harapan.
Sumber: Ol Pejeta Conservancy, Kenya
(*).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v