Jakarta, EKOIN.CO – Pameran musim panas tahunan The Royal Academy Summer Exhibition di London kembali digelar tahun ini dengan pendekatan yang berbeda dan segar. Diselenggarakan di gedung Royal Academy sejak 1769, acara ini merupakan salah satu pameran seni terbuka tertua dan paling bergengsi di dunia.
Untuk tahun 2025, pameran ini dikoordinasikan oleh arsitek kenamaan Farshid Moussavi. Ia menjadi arsitek pertama yang dipercaya memimpin kurasi pameran sejak Eva Jiřičná pada tahun 2013. Moussavi mengambil langkah berani dengan mengintegrasikan karya arsitektur ke dalam ruang yang sama dengan karya seni visual.
Biasanya, karya arsitektur seperti maket, sketsa, dan render digital dipisahkan dalam galeri tersendiri. Namun tahun ini, karya-karya tersebut ditempatkan berdampingan dengan lukisan, cetakan, dan fotografi. “Pameran seharusnya memasukkan arsitektur sebagai bagian dari seni jika memungkinkan,” ujar Moussavi.
Menurutnya, pendekatan ini bukan hanya relevan untuk pameran musim panas saja, tetapi juga perlu diterapkan pada seluruh program pameran Royal Academy. Ia mencontohkan, bahkan dalam pameran Van Gogh, arsitektur kota Arles bisa menjadi bagian yang menguatkan narasi visual.
Selain arsitektur, kategori seni cetak juga mengalami penyatuan dengan kategori lain. Meskipun beberapa pembuat cetak meminta ruang terpisah, Moussavi tetap menempatkan karya cetak berdampingan dengan fotografi untuk menciptakan nuansa tematik yang lebih kuat.
Tema Kuat dan Eksploratif
Ruang Weston yang dikurasi oleh Helen Sear menjadi salah satu sorotan utama. Dindingnya dilapisi wallpaper bergambar pagar kawat karya Des Hughes, menampilkan karya bertema pedesaan yang indah sekaligus mengancam. Di sisi lain, lukisan minyak ganda karya Anthony Eyton menampilkan alam sebagai penghiburan yang tampak jauh dari jangkauan.
Meski pendekatan tahun ini lebih mengedepankan inklusi arsitektur, dominasi seni rupa tetap terasa kuat. Di ruang yang dikurasi oleh Stephanie McDonald dari 6a Architects bersama Tom Emerson, ditampilkan lebih banyak karya arsitektur, termasuk model renovasi Tate Liverpool.
“Dari 18.000 karya yang dikirimkan, hanya 300 yang berupa arsitektur. Ke depan, jumlah itu harus ditingkatkan,” jelas McDonald. Ia berharap lebih banyak arsitek merasa berhak untuk berpartisipasi dalam pameran besar ini.
Karya arsitektur yang terintegrasi dengan karya seni juga terlihat lebih ekspresif. Misalnya, render digital karya Henley Halebrown yang menggambarkan detail pusat komunitas De Roosenberg dipajang di atas cetakan layar Eva Rothschild. Perpaduan ini memperkuat nilai artistik arsitektur tersebut.
Masa Depan Arsitektur di Royal Academy
Meski Royal Academy saat ini mengalami keterbatasan anggaran yang membuat posisi kurator arsitektur dibekukan dan timnya menyusut, Moussavi percaya bahwa pendekatan integratif ini adalah masa depan. “Saya rasa kita tidak bisa kembali ke cara lama,” ujarnya.
Ia melihat arsitektur tidak hanya sebagai struktur, tetapi juga medium yang mampu menyampaikan nilai-nilai budaya, lingkungan, dan kemanusiaan. Dengan cara penyajian yang menyatu dengan seni lain, arsitektur mendapatkan tempatnya sebagai bagian penting dari narasi visual dan intelektual.
Keputusan Royal Academy untuk menampilkan karya lintas disiplin dalam ruang yang sama membuka kemungkinan baru. Tak hanya memperkaya pengalaman pengunjung, namun juga menantang batasan kuratorial yang selama ini berlaku dalam dunia seni dan arsitektur.
Pameran musim panas Royal Academy tahun ini membuktikan bahwa batas antara seni dan arsitektur tidak lagi kaku. Pendekatan kuratorial Farshid Moussavi berhasil menciptakan pengalaman pameran yang tematik, reflektif, dan inklusif. Karya arsitektur tidak sekadar ditampilkan sebagai objek teknis, tetapi sebagai bagian integral dari narasi budaya.
Integrasi ini membuka ruang dialog baru antara seniman dan arsitek, memperluas cakrawala kreatif yang selama ini terkotak-kotak. Dengan keterbatasan sumber daya dan staf di departemen arsitektur Royal Academy, pendekatan ini bisa menjadi solusi jangka panjang yang efisien dan berdampak besar.
Melihat keberhasilan tahun ini, masa depan pameran Royal Academy tampaknya akan lebih terbuka pada format kolaboratif dan lintas disiplin. Jika konsisten dilanjutkan, integrasi seni dan arsitektur ini berpotensi membentuk lanskap baru dalam dunia pameran kontemporer.(*)