JAKARTA, EKOIN.CO – Sejumlah kebiasaan sehari-hari yang tampak sepele ternyata dapat merusak kesehatan otak secara perlahan. Dari kurang tidur hingga mendengarkan musik dengan volume terlalu tinggi, semua berpotensi menurunkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan berpikir jernih. Bahkan, jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko penyakit serius seperti Alzheimer dan demensia.
Gabung WA Channel EKOIN untuk kabar penting lainnya.
Kurang Tidur dan Gaya Hidup Pasif
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science mengungkapkan, tidur nyenyak berperan penting dalam membersihkan racun dari otak, termasuk beta-amiloid yang terkait Alzheimer. Kurang tidur kronis mengganggu proses ini, memicu kabut otak, memperlambat reaksi, dan mengacaukan mood. Orang dewasa disarankan tidur 7-9 jam per malam.
Selain tidur, duduk terlalu lama juga berdampak negatif. Studi dalam Frontiers menyebutkan, kebiasaan duduk berjam-jam memperlambat sirkulasi darah sehingga pasokan oksigen dan nutrisi ke otak berkurang. Hal ini memicu perubahan pada hipokampus, area yang berperan dalam memori.
Multitasking pun dapat memperberat beban otak. Fokus yang terus berganti membuat otak lelah, menurunkan efisiensi, dan mengikis rentang perhatian. Sebaliknya, mengerjakan satu tugas dalam satu waktu membantu mempertahankan konsentrasi dan memperkuat daya ingat.
Nutrisi, Stres, dan Interaksi Sosial
Kinerja otak sangat dipengaruhi asupan gizi. Menurut Frontiers in Nutrition, pola makan tinggi gula, lemak jenuh, dan makanan olahan memicu peradangan serta stres oksidatif, yang mempercepat penuaan otak. Sebaliknya, konsumsi ikan berlemak, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah beri mampu melindungi sel saraf.
Stres kronis juga berbahaya. Pelepasan hormon kortisol yang berlebihan dapat mengecilkan hipokampus dan mengganggu pembentukan memori. Latihan pernapasan, olahraga, dan yoga terbukti membantu menenangkan sistem saraf serta memperkuat daya tahan otak terhadap tekanan mental.
Isolasi sosial menjadi faktor lain yang sering diabaikan. Interaksi rutin, meski singkat, membantu menjaga jalur saraf tetap aktif. Kehilangan stimulasi sosial dapat mempercepat penurunan kognitif dan memengaruhi kesehatan emosional.
Mendengarkan musik keras melalui headphone juga perlu diwaspadai. Kerusakan pendengaran memaksa otak bekerja ekstra untuk memproses suara, sehingga menyisakan sedikit energi untuk memori dan konsentrasi. Aturan 60/60—volume maksimal 60% selama 60 menit—dianjurkan untuk menjaga pendengaran dan fungsi otak.
Berdasarkan rangkuman dari Times of India, ketujuh kebiasaan tersebut saling terkait dalam memengaruhi kesehatan otak. Perubahan sederhana seperti cukup tidur, bergerak lebih sering, mengatur pola makan, mengelola stres, menjaga interaksi sosial, dan membatasi paparan suara keras dapat memberi dampak positif jangka panjang.
Sehatnya otak bukan hanya ditentukan faktor genetik, tetapi juga gaya hidup sehari-hari.
Kebiasaan kecil yang diabaikan dapat menumpuk menjadi risiko besar.
Perhatian pada pola tidur, nutrisi, aktivitas fisik, dan interaksi sosial sangat krusial.
Stres dan paparan suara keras harus dikelola dengan bijak demi kesehatan kognitif.
Investasi pada kesehatan otak adalah investasi pada masa depan kualitas hidup.
Mulailah perubahan dari kebiasaan yang paling mudah diatur.
Gunakan teknologi secara bijak agar otak tidak cepat lelah.
Rutin berolahraga ringan untuk memperlancar aliran darah ke otak.
Prioritaskan tidur berkualitas tanpa gangguan gadget.
Jaga hubungan sosial untuk menstimulasi otak dan emosi positif.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v