Jakarta, EKOIN.CO — Peresmian gedung baru Bidang Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung berlangsung di kawasan Gedung Bundar, Jakarta. Gedung ini menjadi simbol baru yang merepresentasikan semangat kejaksaan dalam penegakan hukum yang tegas dan berintegritas.
Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam sambutannya mengungkapkan bahwa “Awalnya saya berharap gedung ini bulat dan lebih besar lagi, tetapi karena lahannya yang tidak berubah dan gedung pembangunannya bisa berubah maka yang terpenting adalah ikon Gedung Bundar itu akan selalu ada,” ujarnya di hadapan hadirin.
Ia menjelaskan bahwa lokasi Gedung Bundar merupakan tanah milik Kejaksaan Agung sejak lama, meski sempat dipinjamkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Jaksa Agung Prof. Gunawan dari Undip. “Karena sudah dibangun akhirnya tidak bulat lagi, malah akhirnya yang bulat adalah gedung pidsusnya,” katanya.
Pembangunan gedung baru ini, menurut Jaksa Agung, merupakan hasil kerja keras berbagai pihak. “Saya atas nama pribadi dan atas nama pimpinan dengan segala ketulusan hati saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan ini,” ucapnya penuh penghargaan.
Proyek ini dipimpin oleh Budi Harto dan dinilai sangat penting mengingat kondisi gedung lama yang sudah tidak memadai. “Banyak pekerjaan yang sedang kami lakukan sementara gedung lama sudah penuh sesak campur baur dan gedungnya juga sudah miring. Suka tidak suka mau tidak mau maka kita harus robohkan,” jelasnya lagi.
Gedung baru ini tampil dengan desain yang lebih tinggi dan tampilan yang khas. “Tipikalnya lebih ngejreng dan menjadi ikon baru bagi kami,” imbuhnya.
Ia menegaskan bahwa pembangunan ini adalah cerminan dari dukungan masyarakat terhadap lembaga kejaksaan yang kini dipercaya sebagai institusi penegak hukum teratas. “Alhamdulillah kepercayaan masyarakat terhadap kejaksaan terus meningkat, kejaksaan di mata masyarakat adalah nomor satu,” katanya. Ia juga menyebut keberhasilan ini bukan semata-mata hasil kerjanya sendiri. “Tentunya ini bukan kerja saya, tapi karena dukungan semua pihak dan teman-teman yang bergerak untuk membangkitkan marwah kejaksaan.”
Jaksa Agung mengingat kembali masa ketika pertama kali diminta menjabat. “Saya masih ingat pada waktu saya diminta untuk menjadi Jaksa Agung pertama kali: ‘Tolong perbaiki kejaksaan, karena kepercayaan masyarakat pada saat itu di posisi 32, itu sangat rendah’,” tuturnya.
Ia menyampaikan bahwa Presiden menunjukkan perhatian besar terhadap institusi kejaksaan. “Saking sayangnya dengan kejaksaan, kita selalu ditambah pasukan. Barusan Pak Jampidsus ditambah 32 orang dan nanti Karo Umum nanti bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ungkapnya.
Jaksa Agung mengajak seluruh jajaran untuk membalas kepercayaan tersebut dengan kinerja terbaik. “Mari kita bekerja dengan sebaik-baiknya sehingga beliau Presiden tidak dikecewakan dengan kinerja kita,” ajaknya.
Ia juga menekankan posisi strategis Jampidsus dalam penegakan hukum, khususnya dalam pemberantasan tindak pidana korupsi. “Mau tidak mau, siap atau tidak siap pasti akan berhadapan dengan investasi yang tinggi dari masyarakat. Publik yang akan menilai kinerja kita,” ujarnya.
Walaupun demikian, ia tidak menyepelekan bidang-bidang lain. “Bidang lain yang tidak kalah pentingnya. Tetapi mohon maaf, yang dilihat oleh masyarakat adalah sejauh mana kinerja kita dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi itu dilakukan oleh kita,” katanya.
Dalam penutupnya, ia mengajak semua unsur kejaksaan untuk bersatu. “Kita semua penting. Kita tanpa BIN kita tidak ada arti, kita tanpa intelijen kita tiada arti. Artinya kita adalah satu, apalagi kita punya pedoman: tidak bisa dipisah-pisahkan,” tegasnya.
Dengan hadirnya gedung baru yang lebih modern, ia berharap etos kerja jajaran pidana khusus terus meningkat dan memberikan manfaat nyata kepada masyarakat. “Semua orang di mata hukum itu sama. Makna terhadap hukum harus setara dan tidak pandang bulu,” tutupnya. (*)