Jakarta, ekoin.co – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengirim tim ke Waduk Jatiluhur, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, untuk menyelidiki penyebab kematian ikan dalam jumlah besar yang diperkirakan mencapai 100 ton.
“KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya telah menurunkan tim untuk mengecek penyebab terjadinya kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur,” ujar Tb Haeru Rahayu, Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP pada keterangannya di Jakarta, Senin.
KKP mencatat jumlah ikan yang mati sekitar 100 ton dengan nilai ekonomi sekitar Rp2,2 miliar. Sebagian besar ikan yang terdampak adalah ikan mas.
Direktur Ikan Air Tawar Ditjen Perikanan Budi Daya KKP, Ujang Komarudin, menyebutkan bahwa asumsi harga ikan mas saat ini sekitar Rp22 ribu per kilogram.
Kejadian ini terjadi di dua lokasi, yakni Kampung Pasir Kole, Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, serta Kampung Citerbang, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Pemberitaan mengenai peristiwa ini ramai diperbincangkan pada Jumat (7/2).
Ujang menyampaikan bahwa masyarakat pembudidaya telah memahami risiko cuaca ekstrem dan potensi upwelling yang dapat menyebabkan kematian ikan dalam jumlah besar.
“Namun banyak di antara mereka masih menahan panen ikan hasil budi dayanya supaya bisa mencapai ukuran yang lebih besar,” ucapUjang.
Ujang bersama Tim Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta turun langsung ke lokasi untuk melihat kondisi di lapangan.
Ujang mengimbau para pembudidaya untuk segera melakukan panen total atau panen lebih awal guna mencegah kematian ikan dalam jumlah lebih besar. Ikan mas sangat bergantung pada ketersediaan oksigen terlarut (O₂) yang stabil di perairan.
KKP menyarankan agar aktivitas budi daya di Waduk Jatiluhur dihentikan sementara hingga kondisi cuaca membaik dan perairan kembali stabil.
“Segera angkat ikan yang sudah mati dari perairan dan langsung kubur supaya kondisi perairan waduk cepat kembali normal dan tidak tercemar,” tambah Ujang, dilansir dari laman Antara.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengajak para pembudidaya untuk mengutamakan keberlanjutan dalam praktik budidaya ikan.
Trenggono menekankan pentingnya menjalankan kegiatan budi daya yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan keseimbangan ekosistem.