Jakarta, EKOIN.CO — Di tengah derasnya arus informasi di media sosial, isu tentang imunisasi menjadi salah satu topik yang kerap disalahpahami. Hoaks dan narasi keliru mengenai vaksinasi tidak hanya tersebar luas, tetapi juga berdampak langsung pada keputusan orang tua dalam melindungi anak-anak mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, penyebaran informasi yang menyesatkan telah menjadi tantangan serius bagi upaya kesehatan masyarakat, khususnya dalam meningkatkan cakupan imunisasi dasar.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berkolaborasi dengan Global Health Strategies menggelar kegiatan Temu Komunitas dan Pegiat Media Sosial di Jakarta pada Selasa, 23 April 2025. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Pekan Imunisasi Dunia 2025, yang mengusung tema “Imunisasi untuk Semua: Dari Kota hingga Pelosok Negeri.” Melalui kegiatan ini, berbagai pihak dari beragam latar belakang seperti tokoh agama, ibu muda, pengemudi ojek online, hingga penggerak komunitas lokal, diajak untuk menjadi agen perubahan dan menyuarakan pentingnya imunisasi sebagai hak dasar anak.
Direktur Global Health Strategies Indonesia, Ganendra Awang Kristandya, menegaskan pentingnya membendung penyebaran hoaks kesehatan di era digital. “Hoaks kesehatan bisa menyebar lebih cepat dari virus. Inilah pentingnya peran komunitas digital untuk menyuarakan fakta. Kita butuh lebih banyak suara yang mendukung imunisasi sebagai hak dasar, bukan sekadar pilihan,” ujarnya dalam sambutan kepada para peserta.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023 mencatat masih terdapat 14,5 juta anak di dunia yang belum mendapatkan imunisasi dasar (zero dose). Di Indonesia sendiri, jumlah anak yang belum terimunisasi menurun dari 1,1 juta pada tahun 2021 menjadi 662 ribu pada 2023, namun angka tersebut masih menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah zero dose tertinggi keenam di dunia.
Menurut Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, hambatan utama saat ini bukan lagi pada distribusi atau akses vaksin, melainkan pada aspek kepercayaan publik. “Salah satu isu penting yang menjadi penyebab banyaknya anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi adalah beredarnya informasi palsu atau tidak benar tentang imunisasi. Informasi yang tidak benar dan menyesatkan ini pada awalnya akan menimbulkan keraguan, ketakutan, dan pada akhirnya akan menimbulkan penolakan terhadap imunisasi,” ungkapnya.
Acara ini dirancang tidak hanya sebagai forum diskusi, tetapi juga sebagai ruang pembelajaran strategis. Para peserta mendapatkan pelatihan komunikasi publik dan teknik penyampaian pesan yang efektif, terutama dalam melawan disinformasi di media sosial. Pendekatan yang digunakan lebih bersifat personal, berbasis kepercayaan, dan memanfaatkan kekuatan narasi lokal.
Aji Muhawarman, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, menambahkan bahwa perubahan cara berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk menghadapi zaman sekarang. “Dulu kita menghadapi keterbatasan akses. Sekarang, kita berhadapan dengan banjir informasi yang tidak semuanya benar. Komunikasi kesehatan harus adaptif dan relevan. Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan jalur formal; harus ada pendekatan yang lebih dekat, lebih personal, dan yang paling penting disampaikan oleh sosok yang dipercaya,” jelasnya.
Sejumlah figur publik dan pegiat media sosial juga turut hadir dan berbagi pengalaman, antara lain Citra Ayu Mustika, dr. Ikhsanuddin Qothi, dan Virgiana Taryadi Setiawan yang dikenal luas sebagai Ibu Hajat. Mereka memanfaatkan pendekatan kreatif dan ringan untuk menyampaikan informasi soal pentingnya imunisasi kepada pengikut mereka di dunia maya.
Kementerian Kesehatan berharap melalui kegiatan ini akan tumbuh lebih banyak Duta Imunisasi Digital dari berbagai kalangan masyarakat yang konsisten menyuarakan manfaat imunisasi secara inklusif dan menyeluruh. Seperti yang disampaikan oleh Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Pekan Imunisasi Dunia 2025 juga membawa pesan nasional “Ayo Lengkapi Imunisasi, Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas” sebagai seruan bersama untuk melindungi masa depan anak-anak bangsa.