JAKARTA, EKOIN.CO Menteri Keuangan Sri Mulyani optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap positif pada kuartal pertama 2025, meskipun terdapat ketidakpastian dalam kondisi ekonomi global. Optimisme ini disampaikan oleh Sri Mulyani dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung di kantor Kementerian Keuangan. “Tiga komponen penting konsumsi, investasi, dan ekspor ketiganya bagus. Growth di Q1 akan tetap terjaga dan kita jaga terus sampai akhir tahun,” katanya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa terdapat tiga indikator yang akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, neraca dagang Indonesia yang mengalami surplus sebesar US$3,12 miliar pada bulan Februari. Prestasi ini menandai tren surplus yang telah berlangsung selama 58 bulan sejak era Covid-19.
Kedua, aktivitas Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang menunjukkan angka 53,6, yang menandakan adanya pemulihan dari kondisi kontraksi sebelumnya. “Saya sampaikan kemarin PMI 53,6 adalah recover dari posisi yang tadinya di bawah 50. Tadinya kontraksi jadi ekspansif. Ini diukur indeks PMI menunjukkan aktivitas yang bagus,” ucap Sri Mulyani.
Indikator ketiga adalah investasi yang diharapkan akan meningkat berkat kondisi konsumsi yang baik dan sektor manufaktur yang mengalami ekspansi. Sementara itu, laporan terbaru dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% untuk tahun ini. Proyeksi ini ditampilkan dalam laporan OECD Economic Outlook yang dirilis pada 17 Maret 2025.
Namun, melambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipandang masih lebih baik dibandingkan dengan negara G20 lainnya yang mengalami disrupsi ekonomi. “Perlambatan tersebut diproyeksikan tidak terlalu terasa di India dan Indonesia,” tulis OECD dalam laporan tersebut, yang dikutip pada Selasa (18/3/2025).