EKOIN.CO
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAH RAGA
    • TEKNOLOGI
No Result
View All Result
EKOIN.CO
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAH RAGA
    • TEKNOLOGI
No Result
View All Result
EKOIN.CO
No Result
View All Result
Home PERISTIWA OPINI

Dalang Lama di Panggung Baru

Setelah dua periode berkuasa, Jokowi seolah telah turun dari takhta, tetapi bayangannya masih tinggal di setiap ruang kekuasaan. Ia mungkin tidak lagi duduk di kursi presiden, tapi denyut politiknya masih terasa di jantung pemerintahan baru.

Yudi Permana by Yudi Permana
15 November 2025
in OPINI, POLITIK
0
A A
0
Dalang Lama di Panggung Baru
Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta, ekoin.co – Di republik ini, kekuasaan jarang benar-benar pergi. Ia hanya berganti wajah, mengganti jas, dan berpindah kursi. Setelah dua periode berkuasa, Jokowi seolah telah turun dari takhta, tetapi bayangannya masih tinggal di setiap ruang kekuasaan. Ia mungkin tidak lagi duduk di kursi presiden, tapi denyut politiknya masih terasa di jantung pemerintahan baru.

Putranya kini menjadi wakil presiden. Loyalisnya menempati kursi menteri. Relawan dan ormasnya menjelma menjadi kekuatan sosial dengan disiplin politik yang nyaris militeristik. “Genk Solo,” begitu mereka dijuluki, seolah mewakili satu dinasti yang tak rela kekuasaan berhenti bersama masa jabatan.

Fenomena ini membuat kita bertanya, apakah Indonesia sedang mengalami transisi kekuasaan, atau sekadar perpanjangan tangan dari rezim lama dengan kostum baru? Apakah Prabowo benar-benar memimpin, ataukah ia hanya memainkan naskah yang sudah disiapkan sebelumnya?

Operasi Garis Dalam dan Politik Bayangan

Dalam dunia intelijen, ada istilah inside operation, yakni operasi yang bekerja dari dalam untuk memengaruhi arah sistem tanpa perlu kudeta.

Berita Menarik Pilihan

Ketua Komisi III DPR Habiburokhman: KUHAP Baru Ini Sangat Revolusioner dan Pasal Keadaan Mendesak

Soal Krisis Pasokan Gas Alam, DPR RI Desak Transformasi Industri Pupuk ke Arah Organik

Tanda-tandanya ada di mana-mana. Kabinet yang diisi wajah-wajah loyalis lama. Lembaga hukum dan keamanan yang masih dikendalikan oleh orang-orang dengan sejarah panjang kedekatan pada kekuasaan sebelumnya.

Dan yang paling halus, jaringan media dan buzzer yang terus mengatur arah opini publik, membentuk narasi, membolak-balikkan persepsi rakyat dengan algoritma. Disinilah titik paling berbahaya bagi sebuah negara demokrasi.

Ketika kekuasaan formal dikendalikan oleh kekuatan informal, maka demokrasi berubah menjadi sandiwara. Pemilu tetap digelar, rakyat tetap memilih, tetapi arah negara ditentukan oleh tangan-tangan tak terlihat.

Carl von Clausewitz pernah menyebut center of gravity, yaitu pusat gravitasi kekuatan lawan yang mesti dihantam bila ingin melumpuhkannya.

Dalam konteks Indonesia hari ini, pusat gravitasi itu adalah legitimasi. Dan yang sedang dimainkan oleh “garis dalam” adalah pelemahan legitimasi Prabowo dari dalam sistemnya sendiri.

Serangkaian kebijakan yang tampak tak sinkron, seperti polemik proyek kereta cepat Whoosh, atau pembentukan tim reformasi Polri yang berisi tokoh-tokoh lama, bukan hanya soal teknis. Ia adalah bom waktu kepercayaan publik. Setiap kebingungan pemerintah adalah energi politik bagi lawan yang bermain dari dalam.

Kekuasaan yang Tak Mau Mati

Fenomena ini bukan baru. Sejarah menunjukkan, banyak pemimpin yang gagal melepaskan diri dari magnet kekuasaan yang pernah mereka nikmati.

Ferdinand Marcos di Filipina, Soeharto di Indonesia, atau Putin di Rusia, semuanya membangun struktur kekuasaan yang membuat mereka tetap berkuasa, bahkan setelah jabatan formal selesai.

Kini bayangan itu hidup dalam wajah “Jokowi rebond 2029.” Ambisi politik yang tak pernah padam, disertai mesin sosial yang tetap aktif di lapangan: jaringan relawan, ormas, media, dan buzzer yang terorganisir secara hierarkis.

Mereka bekerja dengan pola cell system, dimana setiap simpul memiliki lima di bawahnya, membangun jaringan opini seperti semut yang bekerja tanpa henti. Tujuannya bukan sekadar mempertahankan nama, tapi mempersiapkan jalan bagi kebangkitan dinasti.

Operasi ini bekerja halus, dengan menciptakan kesan bahwa pemerintahan baru tidak efektif, menebar narasi bahwa presiden tak berdaya, dan menyuburkan stigma “presiden omon-omon.”
Dan ketika kekecewaan rakyat mencapai titik jenuh, percikan itu bisa berubah menjadi ledakan sosial.

Demonstrasi yang terjadi pada Agustus 2025 hanyalah uji coba kecil dari gelombang yang lebih besar: bentrokan antara frustrasi rakyat dan aparat negara yang kelelahan menghadapi politik yang tak kunjung jujur.

Negara dalam Cermin Retak

Indonesia kini seperti rumah besar dengan dua penguasa. Yang satu memegang kunci resmi, yang lain masih menguasai peta jalan di kepalanya. Dan di antara keduanya, rakyat berdiri bingung, siapa yang sebenarnya sedang memimpin negeri ini?

Guillermo O’Donnell menyebutnya delegative democracy, yaitu demokrasi yang tampak hidup di atas kertas, tapi sesungguhnya dikendalikan oleh sekelompok kecil elite yang saling menjaga kepentingan.

Ketika institusi negara dikerdilkan menjadi alat, dan pejabat publik diangkat bukan karena kapasitas tapi karena loyalitas, maka yang lahir bukan pemerintahan, melainkan perpanjangan tangan oligarki.

Jika dibiarkan, ini bukan sekadar soal politik. Ia akan menjadi soal moral, tentang kesetiaan pejabat pada negara, bukan pada patron. Tentang keberanian presiden untuk memutus mata rantai kekuasaan lama, bukan menegosiasikannya.

Jika Prabowo gagal menegakkan jarak itu, maka ia akan berakhir seperti banyak pemimpin lain yang menjadi sandera sejarahnya sendiri sebagai pemimpin yang berkuasa tapi tak pernah benar-benar memerintah.

Antara Bayang dan Negarawan

Bangsa ini tidak butuh presiden yang menambah panjang daftar kompromi. Ia butuh pemimpin yang berani melawan arus, bahkan jika arus itu datang dari tangan yang dulu mengangkatnya.

Negarawan diukur bukan dari lamanya berkuasa, tapi dari keberaniannya mengatakan “tidak” kepada kekuasaan yang salah arah.

Prabowo punya peluang menjadi sosok itu, jika ia mampu melihat bahwa bayangan yang mengikuti langkahnya bukan teman, tapi ujian sejarah. Ia harus memilih, menjadi dalang baru yang memainkan boneka lama, atau memutus tali kendali itu dan menulis babak baru republik ini.

Sejarah bangsa tidak akan mencatat siapa yang paling banyak berkompromi. Sejarah hanya mengingat siapa yang berani melawan ketika kekuasaan kehilangan moralnya.

Kekuasaan yang terlalu lama berdiam di satu poros akan menimbulkan bau busuk yang pelan-pelan mengaburkan batas antara kebenaran dan kepentingan.

Dan ketika republik mulai sulit membedakan keduanya, yang tersisa hanyalah ritual demokrasi tanpa jiwa. Kita sedang menuju ke sana, kecuali ada yang berani memutus garis dalam itu, bukan dengan dendam, tapi dengan ketegasan seorang negarawan.

Karena pada akhirnya, ancaman terbesar bagi republik ini bukanlah musuh dari luar, melainkan bayang-bayang kekuasaan yang tak mau mati di dalam. (*)

Penulis : Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

Tags: Dalang LamaGeng SoloJokowiMantan PresidenPanggung BaruPemerintahan BaruPemerintahan SebelumnyaPresiden Prabowo
Yudi Permana

Yudi Permana

Berita Terkait

Ketua Komisi III DPR Habiburokhman: KUHAP Baru Ini Sangat Revolusioner dan Pasal Keadaan Mendesak

Ketua Komisi III DPR Habiburokhman: KUHAP Baru Ini Sangat Revolusioner dan Pasal Keadaan Mendesak

by Yudi Permana
5 December 2025
0
5

Jakarta, ekoin.co – Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman menampik sejumlah isu yang beredar di masyarakat soal dampak negatif Kitab...

Soal Krisis Pasokan Gas Alam, DPR RI Desak Transformasi Industri Pupuk ke Arah Organik

Soal Krisis Pasokan Gas Alam, DPR RI Desak Transformasi Industri Pupuk ke Arah Organik

by Yudi Permana
29 November 2025
0
11

Jakarta, ekoin.co - Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo menegaskan, persoalan gas alam yang terus membayangi industri pupuk nasional...

Sufmi Dasco Berpotensi Jadi Capres 2029, Pengamat: Posisi dan Manuver Politiknya Sangat Strategis

Sufmi Dasco Berpotensi Jadi Capres 2029, Pengamat: Posisi dan Manuver Politiknya Sangat Strategis

by Yudi Permana
24 November 2025
0
45

Jakarta, ekoin.co — Nama Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR RI dan Ketua Harian DPP Partai Gerindra, semakin menguat dalam...

Jangan Biarkan Indonesia Jatuh di Kaki Mafia, atau Memilih Berdiri Mempertahankannya

Jangan Biarkan Indonesia Jatuh di Kaki Mafia, atau Memilih Berdiri Mempertahankannya

by Yudi Permana
25 November 2025
0
62

Ekoin.co - Delapan puluh tahun sejak Proklamasi, republik ini terus bergerak di antara idealisme para pendiri bangsa dan realitas politik-ekonomi...

Rekomendasi Untuk Anda

Malaysia Salip Penjualan Mobil Indonesia Q2 2025

Malaysia Salip Penjualan Mobil Indonesia Q2 2025

8 August 2025
6
Bos OJK Ingatkan Dampak Pinjol bagi Pencarian Kerja Fresh Graduate

Bos OJK Ingatkan Dampak Pinjol bagi Pencarian Kerja Fresh Graduate

2 October 2025
20
Kamboja Punya 87 Kasino, Tetap Miskin

Kamboja Punya 87 Kasino, Tetap Miskin

27 July 2025
30
Jejak Tsunami Purba Ditemukan di Selatan Jawa

Jejak Tsunami Purba Ditemukan di Selatan Jawa

15 July 2025
5
BI Rilis SULNI, Dunia Tunggu Gejolak Tiga Hari Menentukan Stabilitas Ekonomi Global

BI Rilis SULNI, Dunia Tunggu Gejolak Tiga Hari Menentukan Stabilitas Ekonomi Global

15 September 2025
18

Berita Terpopuler

  • Warga Isi BBM Subsidi Harus Tunjuk STNK

    Warga Isi BBM Subsidi Harus Tunjuk STNK

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Muncul Masalah Baru Mobil Listrik Hyundai Setelah Di-recall

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Sukses di Kampus dan Beyond: 10 Soft Skill yang Harus Dipersiapkan Sebelum Masuk Kuliah”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gedung Bundar Baru Jampidsus, Perkuat Citra Tegas dan Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ucapan Idul Adha Buat WA, Atas Nama Keluarga Tercinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
EKOIN.CO

EKOIN.CO - Media Ekonomi Nomor 1 di Indonesia

  • REDAKSI
  • IKLAN
  • MEDIA CYBER
  • PETA SITUS
  • KEBIJAKAN PRIVASI
  • PERSYARATAN LAYANAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK

© 2025 EKOIN.CO
Media Ekonomi Indonesia
Dev by logeeka.id.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • EKOBIS
    • EKONOMI
    • KEUANGAN
    • INDUSTRI
    • INFRASTRUKTUR
    • PERTANIAN
    • PROPERTI
    • UMKM
    • PROFIL
    • ENERGI
  • PERISTIWA
    • INTERNASIONAL
    • NASIONAL
    • MEGAPOLITAN
    • KRIMINAL
    • OPINI
    • SOSIAL
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN
  • POLKUM
    • POLITIK
    • HUKUM
    • LIPUTAN KHUSUS
    • CEK FAKTA
    • BERITA FOTO
    • BERITA VIDEO
  • ENTERTAINMENT
    • HIBURAN
    • DESTINASI
    • KESEHATAN
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SELEBRITI
    • MUSIK
  • RAGAM
    • EBOOK
    • EDUKASI
    • HIKMAH
    • SENI & BUDAYA
    • TIPS
    • OLAH RAGA
    • TEKNOLOGI

© 2025 EKOIN.CO
Media Ekonomi Indonesia
Dev by logeeka.id.