Jakarta, EKOIN.CO – Tahun 2024 mencatat lonjakan besar dalam popularitas lagu-lagu Indonesia di platform streaming global. Spotify Wrapped Live Indonesia resmi merilis daftar 10 lagu teratas yang paling banyak didengar sepanjang tahun, menampilkan dominasi genre pop dan ambyar yang kian mencuri perhatian publik. Mulai dari suara merdu Bernadya hingga genre campursari yang dibawakan Guyon Waton, peta musik tanah air menunjukkan keberagaman dan kekuatan cerita dalam lagu.
Fenomena ini tak hanya mencerminkan selera pendengar yang semakin luas, tetapi juga menandai keberhasilan para musisi lokal dalam menembus batas geografis lewat kekuatan streaming. Lagu “Satu Bulan” milik Bernadya, misalnya, menjadi lagu paling banyak diputar sepanjang tahun. “Saya tidak menyangka lagu ini bisa sebesar itu,” ujar Bernadya saat menerima penghargaan di Jakarta, November lalu. Lagu yang mengisahkan tentang kerinduan dan kehilangan itu berhasil menembus angka 200 juta streaming.
Tidak ketinggalan, Nadhif Basalamah lewat lagu “Penjaga Hati” juga menjadi wajah baru yang menyegarkan industri musik. Dirilis pada awal tahun, lagu ini konsisten berada di tangga lagu teratas Indonesia hingga pertengahan Desember. Lirik sederhana dan alunan akustik yang menenangkan membuat lagu ini dekat di hati para pendengarnya. Sementara itu, “Sialan” dari Adrian Khalif & Juicy Luicy menawarkan warna berbeda dengan nada sendu yang dibalut ironi khas anak muda urban.
Lyodra tampil menonjol dengan dua lagunya sekaligus: “Pesan Terakhir” dan “Tak Dianggap”. Kedua lagu ini mencerminkan karakter vokal Lyodra yang kuat dan emosional. Tak hanya sukses di Spotify, Lyodra juga dianugerahi gelar Top Female Artist of the Year dalam acara Wrapped Live 2024. “Setiap lagu punya ceritanya sendiri, dan saya bersyukur bisa menjadi bagian dari perjalanan banyak orang lewat musik,” ungkap Lyodra usai menerima penghargaan.
Genre Ambyar Bangkit dan Mendunia
Selain pop dan balada, genre ambyar menunjukkan taringnya. Lagu “Wirang” dari Guyon Waton tak hanya laris manis di Pulau Jawa, tapi juga terdengar hingga komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. Emosi tulus yang mengalir dalam setiap syairnya membuat banyak pendengar merasa terhubung. Disusul oleh “KISINAN 2” dari Masdddho, genre campursari modern terbukti relevan di tengah gempuran musik digital.
Lagu-lagu lain seperti “Dumes” (OMWAWES ft. Guyon Waton), “Gampil”, dan “Saktenane” (Vadesta & Destya Eka) menunjukkan bahwa ekspresi kesedihan, kegetiran cinta, dan kejenakaan lokal masih punya tempat istimewa dalam telinga pendengar. Genre ini menyatukan unsur budaya, bahasa daerah, dan musikalitas khas yang memikat pendengar lintas usia.
Musik ambyar, yang dulu sempat dipandang sebelah mata, kini merangsek masuk ke daftar lagu terpopuler nasional dan mendobrak dominasi genre-genre barat. Fakta ini memperkuat bahwa keaslian dan kedekatan emosional lebih kuat pengaruhnya dibanding formula produksi besar-besaran.
Spotify mencatat bahwa sebagian besar lagu terpopuler di Indonesia tahun ini tidak hanya ramai di Jakarta atau kota besar, tapi juga sangat sering diputar di kota-kota lapis kedua dan ketiga. Hal ini menunjukkan betapa terhubungnya masyarakat dengan musik lokal, dan bagaimana algoritma serta kebiasaan mendengar turut membentuk peta musik nasional.
Kehadiran media sosial, khususnya TikTok dan Instagram Reels, turut menyumbang ledakan popularitas lagu-lagu ini. Potongan lirik yang mudah diingat, dibalut dengan melodi yang relatable, menjadikan banyak lagu Indonesia tahun ini sebagai latar utama berbagai konten viral.
Kemunculan lagu-lagu lokal dalam daftar teratas Spotify 2024 menjadi momentum penting bagi industri musik Indonesia untuk terus menggali kekuatan narasi dan keberagaman genre. Musisi yang menulis dari hati dan menyentuh realitas keseharian terbukti lebih diterima oleh publik luas. Keberhasilan ini harus dijadikan pijakan untuk mendorong lebih banyak produksi musik berkualitas, tanpa harus meninggalkan akar budaya lokal yang menjadi kekuatan utama.
Industri streaming digital juga telah membuka peluang yang lebih merata bagi musisi dari berbagai wilayah untuk menunjukkan karyanya. Hal ini menciptakan medan yang lebih adil dan kompetitif, di mana kualitas karya menjadi penentu utama. Label rekaman dan platform distribusi sebaiknya melihat tren ini sebagai ajakan untuk lebih mendukung musisi lokal, terutama mereka yang tumbuh dari akar komunitas.
Dengan melihat kesuksesan lagu-lagu tahun ini, penting bagi pelaku industri untuk tetap menjaga keseimbangan antara nilai komersial dan kedalaman artistik. Investasi dalam pengembangan bakat lokal, kurasi musik yang baik, serta promosi yang relevan akan menjadi kunci untuk mempertahankan prestasi ini di tahun-tahun mendatang.(*)